Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Toeti Heraty, Rekam Jejak, dan Sajak-sajaknya

Kompas.com - 13/06/2021, 13:55 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Menulis puisi itu bagian dari diri saya. Begitu juga mengajar filsafat, atau berbisnis. Kalau saya sebut hanya salah satu, itu tindak mereduksi, hanya menunjuk unsur dari manusia yang begitu kompleks," ujar Toeti.

Baca juga: Sastrawan Sapardi Djoko Damono Tutup Usia, Berikut Sejumlah Karyanya yang Terkenal

Sajak-sajak Toeti

Kendati demikian, kiprahnya dalam bidang sastra, khususnya penulisan puisi, membuatnya tidak bisa lepas dari predikat penyair.

Mengutip Ensiklopedia Kemendikbud, Toeti mulai menulis sajak pada 1966.

Karya pertamanya yang berupa kumpulan puisi baru dibukukan pada 1973, berjudul Sajak-Sajak 33. 

Karya itu diterbitkan tepat ketika dia memasuki usia 43 tahun.

Kumpulan sajak Toeti berikutnya berjudul Mimpi dan Pretensi terbit pada 1982.

Baca juga: Budayawan Prie GS Meninggal Dunia akibat Serangan Jantung

Sajak-sajak Toeti Heraty juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dan dimuat dalam buku Contemporary Indonesian Poetry (1975).

Selain itu, sajak-sajak Toeti juga diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Jerman, dan Perancis.

Subagio Sastrowardoyo, salah seorang penyair Indonesia, menyatakan bahwa Toeti Heraty dapat dikelompokkan pada penyair yang berani berdiri di luar arus utama persajakan modern Indonesia, sehingga Toeti Heraty tidak akan mudah menjadi populer.

Baca juga: Mengenang Sosok Bung Hatta, dari Sepatu Bally hingga Tak Mau Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Sajak-sajaknya tidak memunculkan nuansa kelembutan suasana.

Sebaliknya, sebagai seorang ahli filsafat, sajak-sajak Toeti penuh dengan kategori-kategori pengertian yang di dalamnya akan ditemui perbandingan-perbandingan bagi kesadaran dan pengalaman.

Inspirasi sajak-sajak Toeti berpijak dari kesadaran-kesadaran dan pengertian-pengertian, bukan peristiwa-peristiwa sesaat, seperti peristiwa politik atau demonstrasi. 

Baca juga: Profil Prie GS, Budayawan Kelahiran Kendal yang Meninggal karena Serangan Jantung

Berikut bait puisi Selesai karya Toeti Heraty:

Suatu saat toh mesti ditinggalkan
dunia yang itu-itu juga
api petualangan cinta telah pudar
bayang-bayang dalam mimpi, senyum
tanpa penyesalan kini
beberapa peristiwa tinggalkan
asap urai ditelan awan..."

beberapa nama, beberapa ranjang
berapa tinta mengalir dan terbuang
                          -mengapa tidak?!-
menyeka debu dari buku, menemukan
                          coretan yang hampir musna
jadi permainan yang hilang ketegangannya

dunia ini nyata, suatu penemuan!
dunia ini nyata, suatu keheranan!
kebenaran dan penemuan jelamakan
                        benda-benda mesra

bola yang usang dan beruang tercinta
sepatu merah yang telah lepas-lepas
                       kulitnya,

dunia ini nyata
sebentar lagi anak-anak pulang
                     dari pesta

Selamat jalan Toeti, selamat berpulang...

Baca juga: Mengenang 13 Tahun Kepergian Gito Rollies dan Perjalanan Hidupnya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com