TOKYO, KOMPAS.com - Nasib para perempuan yang menjadi korban penggerayangan di kereta-kereta di Asia Timur terancam karena pelecehan terhadap mereka direkam dan diunggah untuk dijual secara online.
Dalam investigasi selama satu tahun, BBC Eye telah menyamar untuk membuka kedok para laki-laki yang meraup untung dari kekerasan seksual itu.
Suatu pagi pada jam sibuk di Tokyo, kereta penuh sesak dengan penumpang.
Baca juga: Patung Klasik David Dianggap Porno Wali Murid di Kelas Seni Florida
Takako, bukan nama sebenarnya, sedang dalam perjalanan ke sekolah. Remaja berusia 15 tahun itu mencoba berpegangan pada gantungan tangan.
Tiba-tiba, dia merasa ada tangan yang menekan punggungnya. Awalnya, dia mengira seseorang tidak sengaja mendorongnya. Tapi tangan itu mulai meraba-rabanya.
"Saat itulah saya akhirnya menyadari, itu adalah pelecehan," kenang Takako.
Tangan itu dengan cepat menghilang di kerumunan.
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa," katanya. Hari itu, dia tiba di sekolah dengan berlinang air mata.
Itu adalah kali pertama dia dilecehkan secara seksual di angkutan umum, tetapi Takako dilecehkan hampir setiap hari selama lebih dari setahun dalam perjalanan keretanya.
Pada malam yang tak terhitung jumlahnya, dia menangis sebelum tidur.
"Saya merasa seperti tidak ada harapan dalam hidup saya," katanya.
Banyak perempuan seperti Takako menjadi target para predator seksual.
Dalam beberapa kasus, pelecehan itu bahkan direkam dan videonya dijual secara online.
Sebagian besar video itu memiliki pola yang sama, yaitu seorang laki-laki diam-diam memfilmkan seorang perempuan dari belakang dan mengikutinya ke kereta.
Baca juga: Kronologi Kasus Trump dengan Bintang Porno Stormy Daniels dan Isu Uang Tutup Mulut Rp 2 Miliar
Beberapa detik kemudian, laki-laki itu melecehkannya secara seksual. Pelaku bertindak diam-diam dan para korban tampaknya sama sekali tidak sadar. Video itu kemudian diunggah ke situs web untuk dijual.
Dalam investigasi selama setahun, kami melacak para laki-laki di balik tiga situs web yang menjual dan memproduksi ribuan video pelecehan seksual ini.
Walau hampir setiap hari mengalami pelecehan seksual, Takako tidak berani bersuara karena takut dan malu.
Tapi setiap malam, dia menutupi mulutnya dengan handuk dan berulang kali berlatih di depan cermin untuk meneriaki pelaku: "Orang ini adalah 'Chikan'!"
"Chikan" adalah istilah Jepang yang merujuk pada pelecehan seksual di depan umum, terutama meraba-raba di angkutan umum. Istilah ini juga digunakan untuk menyebut pelakunya.
Pelaku chikan biasanya memanfaatkan keramaian dan ketakutan korban untuk memicu keributan. Sebab di Jepang, berbicara terlalu tegas dan lantang dianggap tidak sopan.
Ribuan penangkapan terjadi setiap tahun terkait kasus Chikan, tetapi ada lebih banyak kasus yang tidak terdeteksi dan tidak ditindak.
Baca juga: Dapat Telepon Nomor Luar Negeri, HP Pria Ini Diretas, Fotonya Dipakai dalam Video Porno Deepfake
Saito Akiyoshi, ahli kesehatan mental dan penulis buku tentang Chikan, mengatakan bahwa hanya sekitar 10 persen korban yang melaporkan kejahatan tersebut.
Polisi Jepang mendorong para korban dan saksi mata untuk angkat bicara, tetapi tindakan itu masih jauh dari diberantas.
Persoalannya begitu luas, sehingga pemerintah Inggris dan Kanada memperingatkan para pelancong yang datang ke Jepang soal ini.
Chikan telah dinormalisasi di industri hiburan dewasa Jepang. Ini menjadi salah satu jenis pornografi paling populer di negara itu, bahkan genre Chikan telah menyebar ke negara-negara Asia lainnya.
Salah satu situs berbahasa China bernama DingBuZhu (yang berarti "saya tidak tahan" dalam bahasa China) langsung menarik perhatian BBC.
Ini adalah pasar untuk video Chikan, yang direkam secara diam-diam menggunakan ponsel di tempat umum yang ramai seperti kereta api dan bus.
Video-video itu diambil di berbagai negara Asia Timur, termasuk Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan China.
Beberapa video dijual kurang dari satu dolar. Situs ini bahkan pernah mengizinkan para penggunanya untuk memesan video pelecehan yang dibuat secara khusus untuk mereka.
Kami juga menemukan tautan di DingBuZhu ke dua situs lain, Chihan dan Jieshe dengan konten serupa.
Baca juga: Model Webcam Ini Tak Sengaja Tembak Alat Kelamin Sendiri Saat Merekam Video Porno
Ada grup Telegram dengan 4.000 anggota yang berbagi tips soal cara melecehkan perempuan secara seksual. Salah satu nama yang terus muncul di situs Chikan adalah "Paman Qi".
Dia dianggap sebagai guru di komunitas ini. Puluhan video pelecehan dilabeli sebagai karyanya.
Di Twitter, dia mengunggah cuplikan video dari situs tersebut kepada 80.000 pengikutnya. Tapi siapa dia?
Grup Telegram yang selama ini BBC pantau mengungkapkan sebuah petunjuk. Suatu hari, seorang admin mengeklaim dalam serangkaian pesan bahwa dia telah melecehkan seorang perempuan dengan Paman Qi.
Pesan-pesan itu disertai dengan foto seorang perempuan yang berdiri di tempat yang tampak seperti peron kereta metro.
Dalam beberapa jam, BBC menemukan lokasi yang cocok, yakni di stasiun Ikebukuro di Tokyo.
Ada lebih banyak petunjuk yang mengarahkan kami ke Jepang.
Situs itu mencantumkan akun Paypal yang menerima pembayaran dalam mata uang Yen dan ditautkan ke sebuah alamat email Gmail.
Saat memasukkan alamatnya melalui Google Contacts, gambar profil yang muncul adalah seorang laki-laki muda dengan gaya rambut yang rumit dan riasan teatrikal.
Pencarian gambar terbalik menunjukkan bahwa itu adalah foto Noctis Zang, seorang penyanyi kelahiran China berusia 30 tahun yang tinggal di Tokyo. Dia adalah vokalis band metal bernama The Versus.