Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Sosok di Balik Situs Porno yang Jual Video Pelecehan Seksual Perempuan di Transportasi Umum Asia

Kompas.com - 09/06/2023, 14:00 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Namun pada malam tahun baru Imlek, Ian beruntung. Maomi setuju untuk bertemu di bar karaoke.

Di tengah asap rokok yang pekat memenuhi udara, suara dentingan gelas dan lagu pop China, orang yang muncul bukanlah yang kami harapkan.

Seorang laki-laki muda kurus mengenakan kacamata setengah bingkai dan mantel parit gelap, Maomi tampak seperti seorang mahasiswa. Dia mengatakan umurnya 27 tahun.

Setelah menunjukkan minatnya untuk berinvestasi dalam bisnis Maomi, Ian bertanya berapa banyak uang yang dia hasilkan.

"Omzet harian kami sekitar 5.000-10.000 Yuan China (Rp10,4 juta - Rp20,8 juta). Penghasilan yang sangat stabil, bukan?" kata Maomi dengan bangga sambil menunjukkan transaksi di ponselnya.

Ian bertindak seolah dia terkesan, dan menyebut nama Paman Qi.

Maomi mengakui, "Sayalah Paman Qi".

Tapi yang mengejutkan kami, dia mengungkapkan bahwa Paman Qi bukan hanya satu orang.

Dia mengelola tim berisi 15 orang, termasuk 10 orang di China yang membuat video dengan nama sama. Maomi menerima 30 hingga 100 video dari mereka setiap bulan.

Video-video tersebut kemudian dijual di tiga situs yang dikonfirmasi oleh Maomi merupakan miliknya. Mereka memiliki lebih dari 10.000 anggota yang membayar, kebanyakan laki-laki China.

"Kuncinya adalah otentik. Kontennya harus nyata," kata Maomi.

Dia kemudian memberi tahu kami bahwa situsnya bahkan menjual video pemerkosaan yang dilakukan di bawah pengaruh narkoba.

Maomi berbicara tentang bisnisnya seolah-olah itu adalah perusahaan perintis lainnya.

Dia menggambarkan timnya sebagai "bersemangat" dan "berani".

Dia bahkan dengan santai menyebutkan bahwa dia telah melatih orang lain untuk melakukan dan memfilmkan kekerasan seksual.

Tapi ada satu hal yang tidak pernah dia sebutkan - para perempuan di dalam videonya, seolah-olah mereka sama sekali tidak penting baginya.

Mengungkap identitas Maomi

Kami ingin mengetahui identitas asli Maomi. Pada pertemuan lainnya dengan Ian, mulai terungkap bagaimana dia terjun ke bisnis ini.

Seperti banyak anak laki-laki, Maomi menyukai Superman, anime, dan video game saat tumbuh dewasa. Namun saat berusia 14 tahun, dia mulai menonton video pelecehan seksual seperti yang dia jual sekarang.

Dia tahu bisnisnya berisiko.

"Saya sangat berhati-hati. Keselamatan yang utama," kata Maomi. 

Untuk menghindari pengawasan dari otoritas China, dia berencana untuk naturalisasi sebagai warga negara Jepang.

Baca juga: Dubesnya di Inggris Nge-Like Video Porno, China: Twitter-nya Dibajak

Namun meski berupaya sangat berhati-hati, Maomi akhirnya melakukan kesalahan.

Ketika Ian menanyakan kemana akan mengirim dana investasi tersebut, Maomi mengeluarkan kartu banknya dan menyerahkannya kepada Ian.

Kartu itu mengungkapkan nama asilnya, yakni Tang Zhuoran.

Belakangan, BBC mengonfrontasi Maomi dengan tuduhan yang diperoleh BBC.

Saat BBC mendekat, dia mencoba menutupi wajahnya dan pergi. Dan tiba-tiba, dia membentak, memukul kamera dan kru BBC.

Keesokan harinya, secara kebetulan, kami melihat Maomi berada di bandara. Dia akan meninggalkan Jepang.

Akun Twitter Paman Qi, tempat dia secara terbuka mempromosikan video pelecehan, masih aktif.

Twitter tidak menanggapi permintaan komentar kami. Sebagai gantinya, mereka mengirimi kami emoji poo, yang merupakan balasan otomatis untuk setiap pertanyaan yang diarahkan ke email pers mereka sejak Maret.

Kami juga menyampaikan tuduhan kami kepada Noctis dan Lupus. Mereka tidak menanggapi. Sejak itu kami mengetahui bahwa mereka tidak lagi bekerja dengan Maomi.

Pada suatu hari di musim semi, kami bertemu dengan Takako untuk memberitahunya tentang penyelidikan kami.

Dia terkejut dan mengatakan, "Kami para perempuan hanyalah konten dalam video-video mereka. Mereka memandang kami sebagai objek. Mereka tidak berpikir bahwa kami punya hati".

Takako mengadvokasi hukuman yang lebih keras terhadap kejahatan ini.

Jepang akan mengesahkan undang-undang pertamanya yang melarang upskirting, yakni praktik merekam diam-diam gambar dari bagian tubuh pribadi seseorang. Namun, masih belum ada hukum nasional terhadap Chikan.

Tapi Takako tidak akan menyerah.

"Kami tidak akan terus-terusan menangis sampai tertidur," katanya.

---

Laporan tambahan oleh Chie Kobayashi, Ryuzo Tsutsui, Hanae Arrour Takahashi, dan Joel Gunter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com