SINGAPURA, KOMPAS.com - Setelah menerima panggilan dari nomor luar negeri yang tidak dikenal secara tidak sengaja, seorang pria Singapura merasa ngeri setelah menemukan dirinya dalam video porno deepfake.
Dilansir dari Asia One, pria itu menolak untuk menanggapi tuntutan peretas yang memintanya membayar 8.000 dollar AS (Rp 116,2 juta).
Baca juga: Setelah Zelenskyy, Kini Giliran Putin yang Jadi Sasaran Deepfake
Pria berusia 20 tahun itu menulis dalam laporan polisinya bahwa pemeras itu mengirim pesan video ke kontak di ponselnya.
Video deepfake, yang dibuat menggunakan “machine learning” dari teknologi kecerdasan buatan untuk memanipulasi kemiripan seseorang, dikirim ke salah satu kenalan pria itu pada 21 April.
Dalam unggahan Facebook yang sekarang dihapus yang dibagikan oleh teman wanita korban pada hari yang sama, teman korban mengungkap perasaan sangat terganggu setelah menerima video yang mirip dengan temannya terlibat dalam tindakan seksual.
Teman korban berkata: "Saatnya untuk mencuci mataku. Orang itu (peretas) benar-benar mengirimiku seluruh video untuk melihat apakah aku mengenalnya. Ya Tuhan."
Beberapa jam setelah teman wanitanya memasang unggahan di Facebook, korban mengetahui bahwa video itu bocor dan menghubungi temannya untuk membagikan sisi ceritanya.
Melalui unggahan Facebook pada 22 April, teman perempuan korban kemudian menulis: "Saya kemudian dihubungi oleh teman laki-laki saya di Telegram, dan saat itulah saya mengetahui kebenaran yang memuakkan."
Baca juga: Pegasus, Spyware Rancangan Perusahaan Israel Retas Banyak Jurnalis dan Aktivis di Dunia
Pria Singapura itu menceritakan kepada temannya bagaimana dia telah menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal yang berbasis di Inggris.
"Saya sedang tidur. Saya tidak pernah membuka mata (secepat itu) lalu saya menjawab (panggilan)... Saya pikir manajer saya yang memanggil saya," korban menjelaskan kepada temannya.
Tetapi panggilan beberapa detik itu ternyata cukup bagi peretas untuk mendapatkan akses ke telepon korban, katanya.
Mereka kemudian menggunakan kemiripannya dari file media yang dicuri untuk menempatkan wajah korban ke seseorang dalam video porno.
Pria Singapura itu kemudian menerima pesan dari seseorang bernama Lori, yang mengeklaim bahwa dia adalah anggota organisasi profesional dan "hanya menginginkan" uang.
Lori kemudian mengancam akan membocorkan rekaman "menarik" itu untuk mempermalukan korban.
Baca juga: Hacker Korea Utara Retas Lembaga Think Tank Nuklir Korea Selatan
Lori (diduga pelaku peretasan data) mendesak korban untuk tidak memanggil polisi. Pelaku menulis dalam bahasa Mandarin: "Itu hanya akan membuat saya marah dan saya akan membuat reputasi Anda lebih menderita.”