WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Sebuah perusahaan Israel dituduh menyuplai spyware ke para kliennya, termasuk pemerintah, dan kini terkait dengan kebocoran data 50.000 nomor ponsel pintar di seluruh dunia.
Di antara nomor-nomor tersebut termasuk milik para aktivis, jurnalis, eksekutif bisnis, dan politikus di seluruh dunia.
Sebelumnya, perusahaan NSO Group Israel dan malware Pegasus-nya menjadi sorotan setidaknya sejak 2016.
Baca juga: Ponsel Jurnalis Al Jazeera Diretas Spyware Bikinan Israel, Arab Saudi dan UEA Dituduh Jadi Dalangnya
Ketika itu, para peneliti menuduh malware Pegasus membantu memata-matai seorang pembangkang di Uni Emirat Arab (UEA).
Pemanfaatan Pegasus tersebut dilaporkan oleh The Washington Post, The Guardian, Le Monde dan media lainnya yang berkolaborasi dalam penyelidikan kebocoran data tersebut.
Penyelidikan itu mengungkapkan urusan privasi dan mengungkapkan sejauh mana perangkat lunak milik perusahaan swasta dari Israel itu disalahgunakan oleh klien-kliennya.
Lebih dari 50.000 nomor ponsel pintar yang diyakini telah diidentifikasi sebagai orang yang “diminati” oleh klien-klien NSO sejak 2016.
Baca juga: Jurnalis Belanda Peter R de Vries yang Ditembak di Kepala Meninggal
The Washington Post melaporkan, daftar nomor ponsel pintar tersebut dibagikan oleh Forbidden Stories dan Amnesty International kepada media-media yang terlibat.
Forbidden Stories merupakan sebuah organisasi nirlaba jurnalisme yang berbasis di Paris, Perancis, sebagaimana dilansir AFP.
Kendati demikian, The Washington Post mengatakan bahwa jumlah ponsel pintar yang masuk daftar ditargetkan atau diawasi belum diketahui semuanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.