Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menerka Bagaimana Presiden Baru Taiwan William Lai Hadapi China

Kompas.com - 27/05/2024, 11:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Yuchen Li/DW Indonesia

TAIPEI, KOMPAS.com - Pada Senin (20/5/2024), William Lai Ching-te dilantik sebagai presiden Taiwan. Dalam pidato pelantikannya, politisi Partai Progresif Demokratik, DPP itu bersumpah untuk membela demokrasi, sekaligus menuntut China mengakhiri intimidasi militer.

"Dalam menghadapi ancaman dan upaya penyusupan dari China, kita harus menunjukkan tekad bela negara yang tinggi dan meningkatkan kesadaran pertahanan, serta memperkuat kerangka hukum untuk keamanan nasional,” kata sang presiden terpilih.

Beijing mengeklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri. Di bawah pemerintahan Xi Jinping selama satu dekade terakhir, China mempertebal ambisinya untuk "menyatukan kembali” kedua negeri di Selat Taiwan.

Baca juga: Deretan Konflik China-Taiwan Terbaru

China sebelumnya mencap Lai sebagai seorang "separatis berbahaya.” Beberapa jam setelah pelantikannya pada Senin, Beijing mewanti-wanti betapa "kemerdekaan Taiwan adalah jalan buntu.”

Kegusaran di Beijing terkait hasil pemilu Taiwan

Hasil pemilihan presiden dan parlemen Taiwan pada Januari silam dipandang negatif oleh Beijing, dan dinilai berpotensi semakin mendinginkan relasi diplomasi, kata sejumlah pengamat kepada DW.

Sebelum pemilu, China telah membingkai pemilu di Taiwan sebagai pilihan antara "perang dan perdamaian," serta memperingatkan bahwa pemilihan Lai sebagai presiden akan menjadi ancaman bagi perdamaian regional.

Terlepas dari ancaman Beijing, Lai meraih sekitar 40 persen suara dalam pertarungan segi tiga melawan Hou Yu-ih dari partai oposisi utama Kuomintang, KMT, dan Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan, TPP.

"China tidak senang dengan Lai. Sebabnya, hasil pemilu dipandang buruk karena dimenangkan oleh sosok yang justru paling tidak diinginkan," kata Lev Nachman, ilmuwan politik di Universitas Nasional Chengchi Taiwan, kepada DW.

Meski begitu, terpilihnya Lai "membawa hikmah dari sudut pandang China,” kata Nachman. Dia merujuk pada kegagalan Lai untuk membukukan perolehan 50 persen suara, yang berarti "mayoritas masyarakat Taiwan tidak mendukung DPP atau Lai. Hal ini adalah masalah besar."

Pada saat yang sama, pakar lain percaya bahwa kemenangan DPP "sesuai ekspektasi Beijing,” terlepas dari harapan agar kepemimpinan Taiwan berpindah ke partai oposisi yang menyerukan lebih banyak dialog dan pertukaran dengan China.

Chang Wu-ueh, pakar hubungan internasional di Universitas Tamkang, Taiwan, kepada DW mengatakan, sebagian besar pejabat China sudah memperkirakan hasil pemilu dan sedang mempersiapkan respons yang sepadan.

"Langkah-langkah intimidasi militer dan tekanan ekonomi sebelum pemilu kemungkinan besar akan ditingkatkan di masa setelah pemilu,” kata Chang.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika China Serang Taiwan?

Status quo lintas selat

Taiwan, yang cuma terpaut jarak sekitar 125 kilometer dari China daratan, berpotensi menjadi salah satu titik konflik paling menentukan di dunia. Selama delapan tahun terakhir kekuasaan DPP, dialog resmi antara kedua negara terhenti.

Dengan terpilihnya Lai, Amerika Serikat dan sekutu Barat mengamati dengan cermat bagaimana kebijakan terhadap China dapat mengubah hubungan lintas selat yang sudah meruncing.

Halaman:

Terkini Lainnya

Euro 2024: Kursi Stadion Kharkiv yang Hancur Dipamerkan di Munich Jelang Ukraina Vs Romania

Euro 2024: Kursi Stadion Kharkiv yang Hancur Dipamerkan di Munich Jelang Ukraina Vs Romania

Global
Alasan dan Dampak Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel

Alasan dan Dampak Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel

Global
Di Montpellier Perancis, Ada Pajak Gaji 2 Persen untuk Danai Transportasi Gratis

Di Montpellier Perancis, Ada Pajak Gaji 2 Persen untuk Danai Transportasi Gratis

Global
Ibu Kota Rusia Dilanda Wabah Botulisme, 121 Orang Butuh Pertolongan Medis

Ibu Kota Rusia Dilanda Wabah Botulisme, 121 Orang Butuh Pertolongan Medis

Global
Negara Mana Saja yang Paling Banyak Dibahas di Parlemen Uni Eropa?

Negara Mana Saja yang Paling Banyak Dibahas di Parlemen Uni Eropa?

Global
Merasakan Pahitnya Perayaan Idul Adha 2024 di Gaza, Tepi Barat, dan Masjid Al Aqsa... 

Merasakan Pahitnya Perayaan Idul Adha 2024 di Gaza, Tepi Barat, dan Masjid Al Aqsa... 

Global
Apa Korelasi Air Zamzam dan Ibadah Haji?

Apa Korelasi Air Zamzam dan Ibadah Haji?

Global
Mesin Terbakar di Udara, Pesawat Virgin Australia Mendarat Darurat

Mesin Terbakar di Udara, Pesawat Virgin Australia Mendarat Darurat

Global
Rusia Tanggapi KTT Ukraina di Swiss: Tak Buahkan Hasil, Presiden Putin Masih Terbuka untuk Dialog

Rusia Tanggapi KTT Ukraina di Swiss: Tak Buahkan Hasil, Presiden Putin Masih Terbuka untuk Dialog

Global
PM Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel

PM Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel

Global
Sampaikan Pesan Idul Adha 2024, Wapres AS Akui Masih Ada “Hate Crime” ke Warga Muslim

Sampaikan Pesan Idul Adha 2024, Wapres AS Akui Masih Ada “Hate Crime” ke Warga Muslim

Global
Polisi Inggris Tabrakkan Mobil untuk Tangkap Sapi yang Kabur

Polisi Inggris Tabrakkan Mobil untuk Tangkap Sapi yang Kabur

Global
5 Tewas akibat Tabrakan Kereta Penumpang dan Barang di India

5 Tewas akibat Tabrakan Kereta Penumpang dan Barang di India

Global
Kebakaran Rumah di Vietnam Tewaskan 3 Anak dan 1 Perempuan

Kebakaran Rumah di Vietnam Tewaskan 3 Anak dan 1 Perempuan

Global
Rangkuman Hari Ke-844 Serangan Rusia ke Ukraina: Hasil KTT Ukraina | Serangan Drone Tewaskan Jurnalis Rusia

Rangkuman Hari Ke-844 Serangan Rusia ke Ukraina: Hasil KTT Ukraina | Serangan Drone Tewaskan Jurnalis Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com