DUBLIN, KOMPAS.com - Pesawat Qatar Airways penerbangan dari Doha ke Dublin, Irlandia, mengalami turbulensi pada Minggu (26/5/2024).
Insiden tersebut dilaporkan menyebabkan 12 orang terluka.
Menurut sebuah pernyataan dari Bandara Dublin, dari 12 orang tersebut, enam orang di antaranya adalah penumpang dan enam orang lainnya kru pesawat.
Baca juga: Benarkah Perubahan Iklim Membuat Turbulensi Pesawat Semakin Parah?
Disebutkan lebih lanjut, penerbangan Qatar Airways QR107 itu mengalami turbulensi saat terbang di atas Turkiye.
Beruntung, pesawat dengan tipe Boeing 787-9 Dreamliner tersebut tidak mengalami masalah lebih lanjut dan bisa mendarat di Bandara Dublin tidak lama sebelum pukul 13.00 waktu setempat.
Kedatangan pesawat Qatar Airways disambut oleh petugas layanan darurat, termasuk polisi bandara, pemadam kebakaran, dan tim penyelamatan.
Sebagaimana dilansir Reuters, operator Bandara Dublin, DAA, pun memastikan operasional bandara tidak terpengaruh oleh insiden pesawat Qatar Airways alami turbulensi kali ini.
Qatar Airways juga mengatakan, penerbangan tersebut mendarat dengan selamat di Dublin.
Tetapi, kata mereka, sejumlah kecil penumpang dan awak mengalami luka ringan dalam penerbangan dan sekarang sedang menerima perawatan medis.
"Masalah ini sekarang sedang dalam penyelidikan internal. Keselamatan dan keamanan penumpang dan kru kami adalah prioritas utama kami," lanjut Qatar Airways dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
Insiden ini terjadi beberapa hari setelah 104 penumpang terluka dan seorang pria dengan gangguan jantung tewas dalam penerbangan Singapore Airlines yang mengalami turbulensi parah.
Penerbangan SQ321 dari London ke Singapura itu melaju di ketinggian 37.000 kaki pada Selasa (21/5/2024), ketika pesawat turun tajam sebelum naik beberapa ratus kaki, menurut data pelacakan penerbangan.
Pesawat kemudian berulang kali menukik dan naik selama sekitar satu menit.
Baca juga: Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka
Sekitar 65.000 pesawat tercatat mengalami turbulensi sedang setiap tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 5.500 pesawat mengalami turbulensi parah. Namun, angka-angka ini mungkin akan terus bertambah.
Paul Williams, seorang profesor ilmu atmosfer di University of Reading di Inggris, mengatakan kepada CNN pada 2022 bahwa ia percaya perubahan iklim mengubah turbulensi.