Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muslim Dunia Mengeluh Jelang Ramadhan, Perang Rusia-Ukraina Naikkan Harga Pangan Tak Biasa

Kompas.com - 30/03/2022, 14:45 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

Pemerintah Suriah, tidak luput dari statusnya sebagai sekutu setia Moskwa, juga menjatah gandum, gula, dan beras.

“Saya pikir Ramadhan tahun lalu akan menjadi yang paling hemat. Tapi, sepertinya tahun ini kami akan menghapus lebih banyak hidangan kami," kata Basma Shabani, seorang warga Damaskus berusia 62 tahun, mengingat kembali situasi Ramadhan tahun lalu yang dirusak oleh pandemi Covid-19.

"Kami tidak mampu lagi membeli lebih dari satu jenis hidangan di meja kami dan saya khawatir di masa depan bahkan hidangan yang satu ini akan berada di luar jangkauan kami," tambah dia.

Di Tunis, tradisi Ramadhan juga diuji.

Sumbangan makanan, kebiasaan umum selama bulan suci, telah berkurang, dengan mantan dermawan sekarang berjuang untuk mendapatkan kebutuhan dasar untuk diri mereka sendiri.

Baca juga: Rusia Dituduh Sebabkan Krisis Pangan Global karena Menyerang Ukraina

Mohamed Malek, seorang mahasiswa sukarelawan berusia 20 tahun, telah mengumpulkan sumbangan makanan Ramadhan selama bertahun-tahun.

"Keranjang sumbangan kami biasanya penuh dalam satu jam, tetapi tahun ini tidak demikian," katanya.

"Beberapa orang bahkan mengatakan kepada kami 'mari kita cari makanan untuk diri kita sendiri dulu'," tambah dia.

Di Libanon juga, jaringan amal lokal terurai ketika krisis Ukraina menumpuk lebih banyak tekanan pada populasi yang terpukul keras oleh krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak 2019.

"Solidaritas kuat yang muncul terutama di bulan-bulan seperti Ramadhan akan diuji secara dramatis tahun ini," kata Bujar Hoxha, Direktur Care International Lebanon.

"Hiperinflasi dan melonjaknya harga pangan di pasar lokal membuat bulan Ramadhan yang telah lama ditunggu-tunggu bagi banyak orang Lebanon menjadi tantangan," ungkap dia.

Hoxha menuturkan banyak orang akan "berjuang" untuk membawa makanan buka puasa ke meja.

Baca juga: Rusia Janji Kurangi Operasi Militer, Zelensky: Kami Tak Akan Kurangi Upaya Pertahanan

Dianggap menjadi masalah besar

Di Mesir, importir gandum terkemuka dari negara-negara bekas Soviet, umat Islam terpaksa memperketat pengeluran dari dompet mereka menjelang Ramadhan.

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Maret telah memerintahkan pembatasan harga pada roti yang tidak disubsidi setelah invasi Rusia memicu kenaikan 50 persen.

Mata uang lokal juga kehilangan 17 persen nilainya pada bulan yang sama.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com