Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 Triliun Ton Es di Bumi Menguap Kurang dari 30 Tahun, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 23/08/2020, 19:27 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Sebanyak 28 triliun ton lapisan es di bumi hilang atau menguap sejak tahun 1994 atau sekitar hampir 30 tahun terakhir.

Hal tersebut disampaikan oleh ilmuwan Inggris yang menganalisis survei satelit dari kutub, gunung dan glester di bumi. 

Penelitian itu dilakukan untuk mengukur berapa banyak lapisan es yang hilang akibat pemanasan global karena meningkatnya emisi gas rumah kaca.

Ilmuwan yang berbasis di Universitas Leeds dan Edinburgh serta Universitas College London tersebut menggambarkan, tingkat kehilangan es merupakan sesuatu yang mengejutkan.

Mereka juga memperingatkan bahwa analisis mereka menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut yang dipicu oleh mencairnya glester dan lapisan es pada abad ini bisa mencapai sekitar satu meter.

"Setiap sentimeter kenaikan permukaan laut berarti sekitar satu juta orang akan mengungsi dari tanah air mereka yang lebih rendah," kata Profesor Andy Shepherd, direktur Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub Universitas Leeds dikutip dari The Guardian, Minggu (23/8/2020). 

Baca juga: Suhu Terpanas Bumi dalam 100 Tahun Terakhir: 54,4 Derajat Celcius

Mempengaruhi radiasi matahari

Para ilmuwan juga memperingatan, mencairnya es dalam jumlah tersebut dapat secara serius mengurangi kemampuan planet untuk memantulkan radiasi matahari kembali ke luar angkasa.

Es putih menghilang, maka laut akan gelap. Tanah yang terbuka di bawahnya menyerap lebih banyak panas sehingga peningkatan pemanasan planet bumi akan terjadi.

Selain itu, air dingin segar yang mengalir dari glester dan lapisan es yang mencair dapat menyebaban gangguan besar pada kesehatan biologis perairan Arktik dan Antartika.

Adapun hilangnya glester di pegunungan bisa mengancam dan menghapus sumber air tawar yang menjadi ketergantungan masyarakat sekitar.

“Di masa lalu, para peneliti telah mempelajari area Antartika atau Greenland tempat es mencair. Tapi ini adalah pertama kalinya seseorang melihat semua es menghilang dari seluruh planet,” ujar Shepherd.

Hilangnya es yang diungkapkan oleh kelompok peneliti tersebut, cocok dengan prediksi skenario kasus terburuk yang pernah dituliskan Panel Antarpemerintah Inggris mengenai Perubahan Iklim (IPCC). 

Baca juga: Lapisan Es di Greenland Mencair, Ilmuwan Ungkap Tak Akan Pulih

Survei satelit

Kelompok tersebut mempelajari mengenai survei satelit glester yang ada di Amerika Selatan, Asia, Kanada dan berbagai wilayah lain.

Selain itu mereka juga mempelajari es laut yang ada di Kutub Utara dan Antartika, lapisan es yang menutupi tanah di Antartika dan Greenland.

Serta lapisan es yang keluar dari daratan Antartika ke laut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com