Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kasus Corona di Jawa Tengah Disorot, Seberapa Mengkhawatirkan?

Kompas.com - 29/08/2020, 15:20 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Mengenai hal itu, Firdza tidak menyatakan bahwa kedua hal tersebut saling berkaitan secara langsung. Namun, sebagai gambaran, dia memaparkan analisis data mengenai ketersediaan tempat tidur rumah sakit di Jateng.

"Jawa Tengah ini termasuk 14 provinsi yang occupancy rate-nya di atas rata-rata nasional, yaitu 41 persen. Jawa Tengah itu 50,6 persen, dan ada di posisi 6. Lalu, sampai saat ini, pemerintah provinsi bersama pemkab, dan dinkes, menyediakan 3.860 tempat tidur. Sisa tempat tidurnya itu 1.906 bed," kata Firdza.

Baca juga: Sanksi Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan di Jateng Dinilai Masih Lemah

Dia mengakui bahwa angka tersebut bersifat dinamis. Namun, mereka kemudian mencoba membandingkan 1.906 tempat tidur yang tersisa dengan populasi Jateng, yang mereka sebut dengan rasio Ketersediaan Tempat Tidur RS Covid-19 (KTRC).

Cara menghitungnya adalah kapasitas tempat tidur RS untuk pasien Covid-19 per 100.000 populasi penduduk. Indeks rasio ini adalah perhitungan sederhana dari Pandemic Talks, dan perlu kajian komprehensif yang lebih dari sisi ilmiah, serta dibandingkan dengan negara-negara lain.

"Setiap 11 tempat tidur yang disediakan oleh pemprov, itu bahasa ekstremnya diperebutkan oleh 100.000 penduduk. Jawa Tengah ini ada di posisi 8 nasional kalau ketersediaan tempat tidur ini," ujar dia.

Oleh karena itu, selain menahan laju tingkat kematian, dan positive rate, Firdza mengatakan Pemprov Jateng sebaiknya mulai menghitung ulang daya tampung rumah sakit untuk jangka waktu 3-6 bulan ke depan, dengan mempertimbangkan kecepatan rata-rata kasus per hari.

Jateng masih berjuang keras

Melihat kondisi saat ini di Jateng, Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 RS UNS, Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, memang harus diakui, Jateng saat ini masih berjuang keras untuk memenuhi indikator-indikator keberhasilan pengendalian pandemi Covid.

"Saya sebut berjuang keras, dalam tetap berpikir positif, untuk terus berusaha sebaik-baiknya," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).

Baca juga: Mulai 24 Agustus, Pelanggar Protokol Kesehatan di Jateng Kena Sanksi, Apa Hukumannya?

Mengenai rendahnya tes PCR di Jateng, Tonang memaparkan, sebenarnya sudah ada beberapa laboratorium yang bekerja keras di Jateng untuk mencapai standar kapasitas PCR sesuai standar WHO, yaitu 1 pemeriksaan per 1000 penduduk per pekan.

"Target untuk Jawa Tengah adalah sekitar 4.900 per hari. Sementara memang kami belum mencapainya. Ini masalah kita bersama juga, termasuk di tingkat nasional," kata Tonang.

Dia menambahkan, beberapa hambatan dalam usaha meningkatkan kapasitas tes PCR di Jateng antara lain, menjaga ketersediaan reagen dan bahan habis pakai pendukungnya.

Namun, Tonang menampik bahwa tingkat fatalitas tinggi Jateng disebabkan oleh adanya kendala di sistem kesehatan.

Dia juga menyebut bahwa saat ini ketersediaan tempat tidur masih belum mencapai titik yang mengkhawatirkan.

"Secara prinsip kok tidak demikian ya. Ketersediaan TT (tempat tidur) masih ada, dalam arti belum sampai ke titik kritis. Hanya memang persebarannya tidak merata di semua wilayah," kata Tonang.

Persebaran yang tidak merata itu disebabkan jumlah kasus yang juga tidak merata di tiap-tiap wilayah di Jateng.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com