"Melihat hal tersebut, tak diragukan lagi bahwa Indonesia perlu menjadi mitra utama Bangladesh dengan menggunakan momentum pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang sedang berlangsung di Bangladesh," ungkap Heru.
Tetapi, bagaimanapun, pandemi Covid-19 juga telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi Bangladesh.
Berdasarkan catatan, terdapat 61,57 persen warga Bangladesh kehilangan pekerjaan.
Pemerintah Bangladesh juga telah membatalkan 10 proyek pembangkit listrik tenaga batubara.
Meski demikain, cadangan devisa Bangladesh hingga Juni 2021 mencapai 46 miliar dollar AS yang diperoleh dari pekerja migran Bangladesh di luar negeri.
Sementara, pendapatan per kapita Bangladesh pada 2020 meningkat 9 persen menjadi 2.227 dollar AS dari 2.064 dollar AS.
Heru menerangkan, sebagian besar ekonomi Bangladesh berasal dari industri tekstil yang mencakup Ready made Garment (RMG) dan knitwear, serta remmitance dari tenaga kerja Bangladesh di luar negeri.
Baca juga: 1.000 Toko Dirobohkan, Pengungsi Rohingya di Bangladesh Bingung
Sektor RMG menyumbang 76 persen total ekspor dan menyerap 42 juta tenaga kerja. Namun, lebih dari 90 persen barang konsumsi dan kebutuhan penunjang hidup lainnya adalah produk impor.
Selain mendorong outbound investment BUMN Indonesia di sektor energi dan infrastruktur, Dubes Heru Subolo juga tengah mengupayakan kerja sama bidang kesehatan, dengan tujuan kemandirian kesehatan indonesia, termasuk kerja sama dalam bidang obat-obatan dan vaksin guna menghadapi potensi pandemi mendatang.
"Pada masa pandemi Covid-19, Bangladesh telah memberikan dukungan dalam bentuk obat-obatan kepada Indonesia," jelas dia.
Di samping itu, disampaikan oleh Dubes Heru Subolo, kerja sama di bidang pertahanan juga tengah dilakukan KBRI Dhaka demi mendorong penjualan produk pertahanan buatan Indonesia.
Dubes Heru Subolo juga akan mendorong realisasi penerbangan langsung Bangladesh-Indonesia dengan maskapai Indonesia demi meningkatkan kunjungan wisatawan Bangladesh ke Tanah Air.
Baca juga: Dapat Ancaman Bom, Pesawat Malaysia Airlines Mendarat Darurat di Bangladesh
Dalam segi sosio-politik sendiri, Indonesia dan Bangladesh pada dasarnya memiliki kepentingan yang sama dalam berbagai isu di kawasan dan global, antara lain isu migrasi, kelautan, dan anti-terorisme.
Kedua negara juga merupakan anggota OIC, IORA, D8, dan berbagai organisasi internasional lainnya.
"(Indonesia dan Bangladesh akan memperkuat kerja sama dalam berbagai isu kawasan dan global yang menjadi perhatian bersama, terutama terkait pengungsi Rohingnya, Afghanistan, Palestina, keamanan internasional (misi perdamaian), isu migran, anti-terorisme, dan lain-lain," ungkap Heru.
Mengejar terjalinnya berbagai kerja sama menguntungkan dengan Bangladesh bukan satu-satunya pekerjaan yang ingin dikejar KBRI.
Heru menegaskan, KBRI Dhaka juga punya prioritas tugas pokok dan fungsi (tupoksi) untuk meningkatkan pelayanan dan pelindungan bagi WNI dan BHI di wilayah akreditasi, termasuk melalui pembaharuan database WNI secara berkala.
“Sejak tahun 2022 kami cukup giat mendorong para WNI di Bangladesh dan Nepal untuk melakukan 'Lapor Diri' secara online karena berkaitan dengan data Pemilu yang akan dating,” jelas dia.
Dubes Heru juga menyampaikan bahwa hingga saat ini terdapat lebih dari 400 WNI di Bangladesh dan Nepal yang sebagian besar merupakan ex-Pekerja Migran Indonesia (PMI), dan saat ini menjadi Ibu Rumah Tangga serta bersuamikan WN Bangladesh dan Nepal.
Baca juga: Profil Hasina Wajed, Perdana Menteri Bangladesh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.