GAZA, KOMPAS.com - Operasi militer yang diluncurkan Israel di Kota Rafah, Gaza, kian menyulitkan penduduk Palestina.
Banyak dari mereka terpaksa mengungsi lagi.
Bagaimanapun, Rafah telah menjadi kota tujuan bagi ribuan warga Palestina dari daerah lain di Gaza untuk mencari perlindungan dari serangan Israel.
Baca juga: 13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah
Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, pada Sabtu (19/5/2024) mengatakan, sebanyak 800.000 orang telah dipaksa meninggalkan Rafah di sejak Israel memulai operasi militer di sana pada 6 Mei lalu.
“Hampir setengah dari populasi Rafah atau 800.000 orang berada di jalan karena terpaksa mengungsi sejak pasukan Israel memulai operasi militer di daerah itu pada 6 Mei,” kata Lazzarini dalam sebuah unggahan di situs media sosial X.
Mengikuti perintah evakuasi, dia menyebut, warga Gaza mengungsi ke daerah tengah dan Khan Younis, termasuk ke gedung-gedung yang hancur.
“Setiap kali, mereka terpaksa meninggalkan sedikit harta benda yang mereka miliki. Setiap kali, mereka harus memulai dari awal, dari awal lagi," ungkapnya, sebagaimana dikutip dari AFP.
Israel menyampaikan, serangan darat ke Rafah sangat penting dalam perang melawan kelompok Hamas, dan bersikeras bahwa Rafah adalah benteng terakhir kelompok tersebut di Gaza.
Sebelum operasi dimulai, Israel mengatakan kepada ratusan ribu warga Gaza yang berlindung di beberapa bagian timur kota itu untuk pergi, dan menggambarkan operasinya di sana sebagai “terbatas”.
Baca juga: Abaikan Peringatan Internasional, Israel Bersumpah Intensifkan Serangan Darat di Rafah Gaza
Sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat, menyatakan keberatan keras atas perluasan operasi di Rafah, tempat 1,4 juta warga sipil Palestina berlindung sebelum operasi dimulai.
Bentrokan sengit dan pengeboman mengguncang Rafah pada Sabtu (18/5/2024), ketika Israel melakukan serangan terhadap militan Hamas.
Serangan udara dan peluru artileri dilaporkan telah menghantam bagian timur kota itu saat pesawat-pesawat tempur Israel melintas di atasnya.
Lazzarini mengatakan, warga mengungsi ke daerah-daerah yang tidak memiliki persediaan air atau sanitasi yang memadai.
Al-Mawasi, sebuah kota seluas 14 kilometer persegi di pesisir pantai, dan juga pusat kota Deir el-Balah, kata dia, kini telah “penuh sesak” dengan para pengungsi yang baru saja mengungsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.