Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Bulan Kudeta Militer Myanmar, Perlawanan Rakyat Belum Padam

Kompas.com - 30/04/2021, 15:28 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – 1 Mei mendatang, tepatnya pada Sabtu, kudeta militer Myanmar akan berusia tiga bulan.

Sejak militer menangkap pemimpin sipil Aung San suu Kyi dan mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari kala fajar, 54 juta rakyat Myanmar jatuh ke dalam ketidakpastian, keputusasaan, penindasan, pertumpahan darah, dan kekacauan.

Militer melegitimasi pengambilalihan kekuasaannya dengan tuduhan kecurangan dalam pemilu 2020 yang dimenangi oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi.

Baca juga: Militer Myanmar Klaim Dua Pangkalan Angkatan Udara Ditembak Roket

Rakyat marah dengan kudeta militer. Jutaan orang turun ke jalan di seluruh negeri untuk menuntut militer menghormati hasil pemilu.

Para demonstran dengan suara bulat menolak junta militer dan menyerukan pemulihan demokrasi mereka yang dicuri sebagaimana dilansir The Irrawaddy, Jumat (30/4/2021).

Mereka membaptis gerakan perlawanan mereka sebagai "Revolusi Musim Semi" yang terjadi pada Februari, ketika cuaca mulai menghangat di Myanmar. "

Rakyat Myanmar juga menggelorakan gerakan pembangkangan sipil (CDM) yang dikampanyekan melalui berbagai macam platform untuk menolak kudeta militer.

Aksi yang dilakukan massa kali ini menyaksikan persatuan di antara rakyat Myanmar yang terakhir kali dialami negara itu 33 tahun yang lalu saat aksi 8888 pada 8 Agustus 1988.

Baca juga: Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Rebut Pangkalan Militer di Dekat Perbatasan Thailand

Sejak pekan pertama Februari, jalan-jalan di kota-kota besar di Myanmar bergema dengan slogan-slogan anti-junta militer.

Pada saat yang sama, dokter di rumah sakit pemerintah berhenti bekerja, teller bank tetap tinggal di rumah, dan kereta api berhenti beroperasi karena sebagian besar pegawainya menolak bekerja di bawah rezim.

Pemogokan ini membuat roda pemerintahan di bawah komando junta militer hampir tidak berfungsi.

Setelah hampir sebulan Myanmar diguncang demonstrasi dan pemogokan, junta militer kehabisan kesabaran dan mulai menindak para demonstran dengan kekuatan mematikan.

Namun, aksi demo terus berlangsung dan pasukan keamanan Myanmar semakin memperkeras tindakannya terhadap demonstran.

Baca juga: Setelah KTT ASEAN Junta Myanmar Mau Hentikan Kekerasan, tapi...

Para pengunjuk rasa memegang poster dengan gambar pemimpin sipil yang ditahan Aung San Suu Kyi, selama demonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw, Myanmar, Minggu (28/2/2021). Sedikitnya 18 orang tewas dan 30 lainnya terluka dalam aksi demonstrasi di Myanmar pada 28 Februari, serta disebut sebagai hari paling berdarah dalam serentetan aksi protes menentang kudeta militer.AFP/STR Para pengunjuk rasa memegang poster dengan gambar pemimpin sipil yang ditahan Aung San Suu Kyi, selama demonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw, Myanmar, Minggu (28/2/2021). Sedikitnya 18 orang tewas dan 30 lainnya terluka dalam aksi demonstrasi di Myanmar pada 28 Februari, serta disebut sebagai hari paling berdarah dalam serentetan aksi protes menentang kudeta militer.

Ada banyak yang terjadi sejak saat itu. Tokoh-tokoh oposisi, jurnalis, pemimpin demonstrasi, bahkan selebritas ditangkapi.

Pasukan keamanan juga tak segan-segan membunuh para demonstran di jalanan. Personel yang tak sanggup menyaksikan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri, pilih melarikan diri ke luar negeri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com