Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Myanmar Klaim Dua Pangkalan Angkatan Udara Ditembak Roket

Kompas.com - 29/04/2021, 21:53 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

YANGON, KOMPAS.com - Dua pangkalan angkatan udara Myanmar diserang roket pada Kamis (29/4/2021).

Hal itu dilaporkan oleh militer Myanmar, ketika negara itu masih bergulat dengan kekerasan setelah kudeta 1 Februari.

Baca juga: Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Rebut Pangkalan Militer di Dekat Perbatasan Thailand

Myanmar berada dalam kekacauan sejak para jenderal merebut kekuasaan, menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Warga membalas hal itu dengan melancarkan gelombang protes di jalanan hampir setiap hari dan menyerukan kembali ke demokrasi.

Pasukan keamanan berusaha memadamkan kerusuhan dengan penumpasan brutal terhadap protes. Dengan lebih dari 750 warga sipil tewas, menurut kelompok pemantau lokal.

Pertempuran juga berkobar antara militer dan banyak tentara pemberontak etnis Myanmar. Beberapa di antaranya telah mendukung gerakan protes dan melindungi aktivis yang melarikan diri dari junta.

AFP melaporkan seorang juru bicara militer mengatakan pangkalan udara di pusat kota Magway dan Meiktila terkena tembakan roket pada Kamis pagi (29/4/2021). Tetapi tidak ada kerusakan yang terjadi.

Tidak jelas siapa yang berada di balik serangan itu. Tetapi militer telah melancarkan serangan udara dalam beberapa pekan terakhir terhadap Persatuan Nasional Karen (KNU), salah satu pasukan pemberontak  terkemuka.

Baca juga: Setelah KTT ASEAN Junta Myanmar Mau Hentikan Kekerasan, tapi...

KNU, yang menguasai wilayah di sepanjang perbatasan dengan Thailand, serta menyerang dan menghancurkan sebuah pos militer, pada Selasa (27/4/2021).

Aksi itu mendorong militer untuk merespons dengan serangan udara.

Meningkatnya bentrokan antara militer dan pemberontak enik bersenjata telah mendorong beberapa pengamat, termasuk PBB, memperingatkan bahwa krisis negara itu dapat berubah menjadi konflik yang lebih luas.

Sekitar 756 warga sipil telah tewas dan lebih dari 4.500 ditangkap dalam tindakan keras militer terhadap protes, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok pemantau lokal.

Otoritas militer, yang menyebut AAPP sebagai organisasi yang melanggar hukum, mengatakan hanya 258 pengunjuk rasa telah tewas, bersama dengan 17 polisi dan tujuh tentara.

Suu Kyi, yang ditahan dalam tahanan rumah sejak 1 Februari dan tampaknya tidak menyadari kekacauan yang berkecamuk di negara itu.

Wanita 75 tahun itu telah didakwa dengan serangkaian tuduhan yang dapat membuatnya dilarang dari politik seumur hidup.

Para pemimpin unjuk rasa juga menghadapi tindakan hukum dengan salah satunya, Wai Moe Naing, dituduh melakukan pembunuhan dan pengkhianatan menurut media pemerintah.

Baca juga: Etnik Bersenjata Myanmar Sukses Rebut Pangkalan Militer di Perbatasan Timur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com