Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Tambora di NTB Meletus, Dampaknya Terasa sampai Eropa

Kompas.com - 10/04/2023, 06:45 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Dampak letusan Gunung Tambora

Letusan Gunung Tambora yang disebut sebagai letusan gunung api terbesar dalam sejarah menyebabkan dampak yang tidak main-main.

Dilansir dari Kompas.com, letusan gunung tersebut menyebabkan kelaparan di Eropa dan Amerika.

Bencana kelaparan disebabkan oleh abu vulkanik yang menyebabkan tahun tanpa musim di dua benua tersebut.

Tak sampai di situ, dunia juga mengalami pendinginan pasca-letusan Gunung Tambora.

Bumi mengalami penurunan suhu sebesar 0,4-0,7 derajat celsius dan kondisi ini menyebabkan kegagalan panen secara global.

Di sisi lain, tidak ada musim panas pada tahun 1816 yang disusul turunnya salju di Albany, New York, pada bulan Juni.

Ratusan ribu orang meninggal karena kondisi tersebut. Bahkan, sungai es juga terlihat di Pennsylvania pada bulan Juni.

Baca juga: 10 April Gunung Tambora Menggetarkan Dunia

Letusan Gunung Tambora mengilhami penemuan sepeda

Banyaknya material vulkanik dan jumlah korban tewas membuat letusan Gunung Tambora termasuk letusan gunung berapi terkuat dalam sejarah.

Akan tetapi, belum banyak yang menyadari bahwa peristiwa tersebut mengilhami penemuan alat transportasi tanpa mesin, yaitu sepeda.

Perlu diketahui bahwa letusan Gunung Tambora menyebabkan suhu rata-rata di Bumi turun hingga 3 derajat celsius.

Kondisi seperti itu menyebabkan beberapa wilayah di belahan Bumi utara tidak mengalami musim panas selama satu tahun.

Akibatnya, banyak binatang ternak mati kelaparan akibat kegagalan panen. Salah satu binatang ternak yang mati adalah kuda.

Matinya banyak kuda membuat manusia merugi karena binatang ini sering dimanfaatkan sebagai sarana transportasi.

Baca juga: Dahsyatnya Letusan Gunung Tambora, Hancurkan 3 Kerajaan di Sumbawa

Awal mula penemuan sepeda

Berawal dari situ, tercetuslah ide melahirkan alat transportasi tanpa mesin yang bisa digerakkan manusia tanpa bantuan binatang.

Karl von Drais dari Jerman lalu menciptakan kendaraan dengan dua roda pada tahun 1817.

Dilansir dari Kompas.com, kendaraan yang diciptakan Drais dikenal di seluruh Eropa, tetapi diberi nama yang berbeda.

Sebagian orang menyebut kendaraan roda dua bikinan Drais sebagai hobby horse, draisienne, dan dandy horse.

Saat pertama kali diluncurkan, sepeda tersebut mempunyai berat hingga 23 kilogram dan rodanya masih terbuat dari kayu.

Setang terbuat dari kayu dengan tambahan tempat duduk dari kulit yang dipaku ke kerangka sepeda.

Kepopuleran sepeda di Eropa

Drais kemudian membawa sepeda buatannya ke Inggris dan Perancis yang membuat kendaraan ini sangat populer.

Denis Johnson, warga dari Inggris lalu membuat sepeda versinya sendiri dan menjualnya kepada para bangsawan London.

Sepeda akhirnya menuai kesuksesan selama beberapa tahun, tetapi sempat dilarang pada tahun 1820-an karena dinilai membahayakan pejalan kaki.

Sepeda yang sempat menghilang kembali muncul pada tahun 1860-an dengan perubahan yang kentara.

Roda sepeda sudah terbuat dari baja, sedangkan bahan kayu masih dipertahankan sebagai kerangka.

Setelah itu, terciptalah pedal yang mengubah cara gerak sepeda. Sebelumnya, kendaraan ini bergerak menggunakan kekuatan yang digerakkan ke depan.

Karl Kech dari Jerman pernah mengeklaim bahwa ia adalah orang pertama yang menyematkan pedal ke sepeda tahun 1862.

Namun, Pierre Lelement yang berstatus pembuat kereta asal Perancis pada tahun 1866 yang mendapat paten pedan.

Baca juga: 6 Bencana Alam Dahsyat dalam Sejarah Dunia, Salah Satunya Letusan Gunung Tambora

(Sumber: Kompas.com/ Nur Fitriatus Shalihah, Luthfia Ayu Azanella | Editor: Rendika Ferri Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com