Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Tanjung Priok 12 September 1984

Kompas.com - 12/09/2022, 13:31 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Ia pun marah dan mengambil pistol sambil muding-nuding warga.

Banyak warga saat itu menceritakan, Hermanu masuk ke musala hingga ke podium tanpa melepas sepatu larsnya.

Warga pun marah dan meminta Hermanu untuk meminta maaf kepada pengurus dan semua umat Islam.

Melihat kondisi semakin tidak kondusif, pada 10 September, pengurus musala bernama Syarifuddin Rambe dan Ahmad Sahi mencari Hermanu untuk menyelesaikan masalah secara damai.

Baca juga: Kilas Balik Peristiwa Tanjung Priok September 1984

Upaya damai yang gagal

Hermanu datang ditemani Sertu Rahmad, dan bersedia berdialog dengan pengurus mushala.

Namun, ia menolak meminta maaf dengan dalih bahwa dirinya petugas yang berhak menjaga keamanan dan ketertiban.

Desakan warga membuat Hermanu naik pitam. Tetapi, pengurus mushala tetap meminta untuk menyelesaikan masalah tersebut secara damai.

Di sisi lain, keberadaan Hermanu yang diketahui warga membuat mereka mendatangi secara paksa.

Warga yang marah berupaya menangkap Hermanu. Bahkan, mereka membakar sepeda motor milik Hermanu.

Lantaran semakin kacau, pertemuan yang bertujuan untuk mendamaikan itu pun bubar.

Namun tiba-tiba, datang aparat Kodim 0502 Jakarta Utara dan menangkap dua pengurus mushala serta dua orang warga.

Baca juga: Keluarga Korban Tragedi Tanjung Priok Tolak Upaya Rekonsiliasi

Kerusuhan terjadi, korban berjatuhan

Dua hari setelah penangkapan empat warga akibat pembakaran motor, tepatnya pada 12 September 1984, Amir Biki, seorang pimpinan dari Forum Studi dan Komunikasi 66 bersama warga, mendatangi Kodim 0502.

Tujuannya, meminta keempat orang yang ditahan untuk segera dibebaskan.

Sayangnya, upaya Biki tidak ditanggapi dengan baik. Biki dan sejumlah demonstran dihadang aparat keamanan di depan Polres Jakarta Utara.

Saat itu, aparat berusaha melakukan tindakan persuasif untuk membubarkan para demonstran.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com