Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Kompas.com - 14/05/2024, 06:32 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

SEBAGAI seorang warga Indonesia, saya merasa berhak bangga terhadap bangsa dan negara saya sendiri dengan masyarakat adil dan makmur hidup bersama di negeri nan gemah ripah loh jinawi tata tenteram kerta rahaja.

Namun terus terang ada suatu paradoks mengganjal keabsahan hak saya untuk merasa bangga tersebut.

Di satu sisi rakyat Indonesia diwajibkan untuk menempuh pendidikan, tetapi di sisi lain kewajiban tersebut ternyata wajib dibayar oleh rakyat.

Padahal dalam UUD 1945 tersurat bahwa bukan rakyat, namun pemerintah yang wajib memenuhi hak rakyat memperoleh pendidikan.

Pendidikan gratis sebenarnya sama sekali bukan mustahil sebab terbukti mampu diselenggarakan oleh Brunei, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab serta dahulu sempat saya alami sendiri tatkala belajar dan mengajar di Jerman pada dasawarsa VII abad XX.

Namun saya senantiasa kandas dalam menampilkan fakta pendidikan gratis di Brunei, Oman, Qatar, UEA, Jerman ketika menghadapi bantahan bahwa negara-negara tersebut lebih kaya ketimbang Indonesia.

Maka saya sabar menunggu sekitar setengah abad sampai Indonesia naik pamor menjadi anggota G-20 yang berarti Indonesia sudah tergolong negara kaya.

Secara formal pendidikan di Indonesia memang dinyatakan gratis, namun de facto rakyat masih dibebani aneka ragam biaya yang kreatif disamarkan sebagai biaya siluman dengan kedok uang pangkal, uang gedung, uang buku, uang alat tulis, uang seragam, uang ransel, uang studi wisata, uang ujian, uang wisuda, uang foto wisuda, uang sewa busana jubah dan topi seperti badut, uang ijazah, uang semester, uang plester, uang kuliah, uang bolos kuliah serta uang entah apalagi.

Segenap kreatifitas mencipta biaya pendidikan itu berjaya dalam makin memiskinkan rakyat Indonesia dengan angkara murka belitan hutang oleh para pinjol dan lintah darah yang makin ganas merajalela. Sampai ada suami tega mutilasi istri akibat terjerat hutang pinjol untuk bayar pendidikan anak mereka.

Demi menghibur diri akibat terlalu sedih meratapi tragedi biaya pendidikan Indonesia, maka saya sengaja coba melirik ke dua negara yang pasti lebih miskin atau minimal pasti tidak lebih kaya ketimbang Indonesia, yaitu Kuba dan Korea Utara dengan harapan saya tidak perlu malu bahwa rakyat Indonesia wajib bayar biaya pendidikan.

Ternyata saya salah lirik sebab de facto pemerintah Kuba dan Korut justru nyata terbukti mampu menggratiskan pendidikan kepada rakyat masing-masing mulai dari jenjang taman kanak-kanak sampai ke tingkat doktoral.

Maka saya berhenti mengharap apapun tentang pendidikan di Indonesia yang sekarang keren bersemboyan “Merdeka Belajar”, namun sayang belum merdeka dari belenggu biaya pendidikan.

Saya patah harapan berdasar kesimpulan bahwa pada hakikatnya pendidikan sebenarnya mampu digratiskan jika pemerintah mau menggratiskan pendidikan.

Jika mau, maka pendidikan pasti mampu digratiskan. Jika mau pasti mampu. Jika tidak mau pasti tidak mampu atau jika tidak mampu berarti sekadar tidak mau belaka.

Jika Kuba dan Korut mampu menggratiskan pendidikan, maka saya yakin Indonesia pasti lebih mampu. Jika mau! MERDEKA!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com