KOMPAS.com - Maskapai Garuda Indonesia menjadi sorotan lantaran penerbangan haji dari beberapa daerah diwarnai sejumlah masalah.
Salah satunya dialami oleh GA 1105 dengan Boeing 747-400 rute Makassar-Madinah yang harus return to base atau kembali ke Bandara Sultan Hasanuddin setelah mesinnya terbakar selepas take off pada Rabu (15/5/2024).
Masalah lain juga terjadi pada penerbangan dari Solo pada Jumat (24/5/2024), ketika calon jemaah haji kloter 43 Embarkasi Donohudan harus menunggu selama 17 jam sebelum diberangkatkan menuju Tanah Suci akibat pesawat rusak.
Lantas, mengapa masalah ini bisa muncul?
Baca juga: Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah
Pengamat penerbangan Alvin Lie menduga, hal ini dipicu oleh terbakarnya mesin GA 1105 di Makassar beberapa hari yang lalu.
Sebab, rusaknya GA 1105 membuat Garuda Indonesia harus merotasi pesawat, sehingga menimbulkan efek berantai pada keberangkatan kloter calon jemaah haji yang lain.
“Nah, ini masalahnya ada dua, satu pesawatnya yang mengalami kerusakan dan dua mungkin metode rotasinya,” kata Alvin ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/5/2024).
Baca juga: Asal-usul Gelar Haji di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak
Selain itu, Alvin juga menyoroti penggunaan Boeing 747 untuk penerbangan haji, seperti yang digunakan di Makassar.
Menurutnya, usia jenis pesawat tersebut sudah uzur, baik dari segi unit maupun mesinnya.
Ia menjelaskan, penggunaan Boeing 747 dalam penerbangan haji tidak lepas dari kemauan Kementerian Agama yang ingin pesawat untuk penerbangan haji bisa mengangkut 400 jemaah lebih.
Garuda Indonesia sebenarnya memiliki opsi untuk menggunakan Boeing 777, pesawat dengan seri terbaru, namun armada ini tidak mampu membuat penumpang sebanyak seperti seri 747.
Baca juga: Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya
“Menggunakan Boeing 747 memang sekilas nampak lebih efisien, sekali angkut lebih dari 400 penumpang sehingga diperhitungkan biaya per orangnya itu bisa lebih rendah,” tutur Alvin.
“Namun, ada risikonya, yaitu pesawat itu pada umumnya lebih tua. Sehingga sebetulnya efisiensi ini masih saya pertanyakan apakah benar lebih efisien menggunakan Boeing 747 daripada Boeing 747,” tambahnya
Efisiensi penggunaan Boeing 747 pun dipertanyakan. Pasalnya, pesawat ini menggunakan empat mesin, sedangkan seri 777 menggunakan dua mesin.
Karena itu, Boeing 747 belum tentu lebih efisian secara cost atau biaya.
Baca juga: Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya