Raina: Kalau santai, nggak juga sih. Karena aku harus mikirin kelas-kelas yang lain kan. Misalnya ada esai, ada ujian. Dan semua mata pelajaran beda keperluannya. Yang buat aku merasa agak intens, aku harus stretch my brain buat setiap kelas. Untungnya hasilnya baik. Saya harus lulus di minggu yang sama dengan aku harus mengerjakan ujian-ujian itu.
Febri: Nggak santai-santai banget. Karena masing-masing kelas itu banyak banget proyek akhir, makalah penelitian. Ditambah ujian akhir, semua harus kelar di minggu terakhir kuliah.
Baca juga: WNI di AS Latihan Menembak untuk Hadapi Sentimen Anti-Asia
Elena: Aku rasa ada baiknya, karena merekap semua yang kamu pelajari selama empat tahun dan mendalami materi skripsimu. Tapi juga, ada tekanan kalau enggak lolos sidang, enggak bisa lulus kan. Sedangkan kamu sudah belajar empat tahun, lulus semua kelas, dan mengerti semua materinya, tiba-tiba ada satu hal besar ini. Ada kelebihan dan kekurangannya sih, menurutku.
Raina: Aku rasa itu berat, tapi untuk jangka panjang ada untungnya. Karena dari pengalamanku ngerjain 'skripsi', buat kamu belajar tentang berpikir kritis, menganalisa. Bisa mempresentasikan sesuatu dalam bentuk tulisan, juga sebuah skill yang baik. Tapi nggak harus skripsi gitu, mungkin bisa opsional. (Raina punya pengalaman menulis makalah untuk program International Baccalaureate saat SMA).
Febri: Menurut aku, untuk S1 tidak terlalu penting, lebih pas untuk S2 atau PhD (S3) di mana mereka lebih mendalami dan lebih tertarik pada topik tertentu dibandingkan S1. Aku rasa ada banyak mahasiswa yang masih bingung mau fokus ke mana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.