Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kapal Pengangkut Budak Terakhir dari Afrika ke AS

Kompas.com - 13/02/2022, 22:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

"Setelah bertahun-tahun penyangkalan, keberadaan kapal itu akhirnya ditegaskan, jadi beban yang ada telah diangkat," kata Komisaris Wilayah Mobile Merceria Ludgood.

"Itu sama pentingnya terhadap karakter Africatown dengan revitalisasi perumahan yang saat ini terjadi," ujarnya.

Meskipun jumlah restoran dan fasilitas pariwisata minim, Ludgood menilai situasi itu bisa berubah.

Baca juga: Diikat dan Digelandang seperti Budak, Pria Ini Tuntut Polisi AS

Dia sendiri terlibat dalam pendirian Africatown Heritage House, sebuah museum permanen yang digagas dalam kolaborasi bersama History Museum of Mobile. Tujuan museum itu adalah memetakan sejarah Africatown.

"Mudah-mudahan industri rumahan akan bermunculan, yang dimiliki oleh orang-orang yang tinggal di komunitas tersebut," katanya.

Ludgood mencatat bahwa penemuan Clotilda telah memberikan dorongan kepada komunitas Africatown, yang bergema jauh melampaui harapan ekonomi.

Tujuan lain dalam tur yang diapandu Patterson adalah Africatown Heritage House. Bangunan ini terletak di pusat permukiman, menghadap ke deretan bungalow sederhana yang terawat baik di jalan dengan deretan pohon palem.

Museum yang sedang dibangun ini akan dibuka pada awal musim panas 2022. Koleksinya mencakup artefak Afrika Barat dan sebagian bangkai kapal Clotilda, yang dipamerkan dalam bongkahan pelestarian.

Museum ini menjanjikan wawasan unik, mengingat waktu pelayaran Clotilda yang relatif baru dalam kaitannya dengan sejarah perbudakan.

Baca juga: Terlibat Sekte Budak Seks, Ahli Waris Kekayaan Perusahaan Miras Dipenjara

"Ini sebenarnya adalah kisah perdagangan budak terbaik yang tercatat rapi, yang kita miliki sebagai sebuah bangsa," kata Meg McCrummen Fowler, Direktur History Museum of Mobile.

"Ada banyak sumber sejarah. Beberapa penyintas hidup panjang umur hingga abad ke-20, jadi alih-alih tenggelam, kisah itu tercatat dalam buku harian atau catatan kapal," ujarnya.

Proyek pembangunan ulang ini juga mencakup jembatan penyeberangan yang menghubungkan dua wilayah Africatown. Keduanya saat ini dipisahkan oleh jalan bebas hambatan.

Tur mengarungi air yang membawa pengunjung ke dekat lokasi kapal karam dijadwalkan akan dimulai pada musim semi 2022. Beberapa penduduk lokal juga menawarkan tur jalan kaki ke Africatown.

Walau jumlah turis belum masif, Africatown menghadapi serangkaian tantangan yang umum dihadapi permukiman lainnya di AS, terutama yang mengalami revitalisasi yang cepat.

Persoalan itu antara lain memastikan seluruh warga mendukung perubahan. Namun Patterson mengatakan bahwa komunitas Africatown bersatu dalam misi yang sama.

Baca juga: Aktivis Budak Seks PD II Korea Selatan Didakwa Gelapkan Uang Santunan

"Kami semua setuju dengan ini," katanya.

Perhentian terakhir tur kami adalah pemakaman, tempat banyak budak Clotilda dikuburkan.

Saat kami berjalan, Patterson berkata bahwa dalam narasi sejarah yang meresahkan, dia berharap akan ada cukup minat berkelanjutan untuk menghasilkan dana yang dibutuhkan untuk mengangkat bangkai kapal dari air.

Meskipun dampak sebenarnya dari penemuan kapal dongeng ini belum terlihat, bagi Patterson, ini memberikan kesempatan untuk mengangkat komunitas Africatown dan menghormati perjuangan para pendirinya.

"Ini lebih dari sekadar batu bata dan mortir, ini pada akhirnya tentang pertumbuhan jiwa kita," katanya.

Patterson melihat ke atas batu nisan yang hancur. Seluruh kuburan itu menghadap ke timur, ke arah tanah air mereka di Afrika.

"Penemuan bangkai kapal ini akhirnya memvalidasi kebenaran kami," kata Patterson.

Baca juga: Praktik Budak Seks Terbongkar di AS, Berkedok Kursus Pelatihan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com