Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Bunuh 7 Juta Orang Per Tahun

Kompas.com - 23/09/2021, 15:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, polusi udara membunuh 7 juta orang per tahun di seluruh dunia.

Badan tersebut menambahkan, polusi udara kini menjadi salah satu ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan manusia.

Pada Rabu (22/9/2021), WHO memperkuat pedoman kualitas udaranya. Tindakan mendesak diperlukan untuk mengurangi paparan polusi udara.

Baca juga: PBB: Spesies Migrasi Asia-Pasifik Paling Rentan Polusi Plastik

WHO menuturkan, polusi udara saat ini menimbulkan ancaman penyakit yang setara dengan merokok dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat.

Pedoman tersebut bertujuan untuk melindungi orang dari dampak buruk polusi udara dan digunakan oleh pemerintah sebagai acuan untuk standar yang mengikat secara hukum.

Badan kesehatan PBB tersebut terakhir kali mengeluarkan pedoman kualitas udara pada 2005.

Melansir Daily Sabah, pedoman tersebut memiliki dampak signifikan pada kebijakan pengurangan polusi di seluruh dunia.

Baca juga: Polusi Udara Berpotensi Timbulkan Skizofrenia dan Depresi

WHO mengatakan, dalam 16 tahun sejak pedoman kualitas udara terakhir diterbitkan, bukti yang jauh lebih kuat telah muncul.

Fakta yang ditemukan WHO menunjukkan bahwa polusi udara rupanya sangat berdampak pada kesehatan daripada yang dipahami sebelumnya.

"Bukti yang terkumpul cukup untuk membenarkan tindakan mengurangi paparan populasi terhadap polutan udara. Tidak hanya di negara atau wilayah tertentu tetapi dalam skala global," kata WHO.

Baca juga: Demi Tekan Polusi Udara, Perancis Berencana Larang Penerbangan Jarak Pendek

Pedoman baru

Pedoman baru tersebut dirilis menjelang pertemuan iklim global COP26 yang diadakan di Glasgow mulai 31 Oktober hingga 12 November.

WHO mengatakan, di samping perubahan iklim, polusi udara adalah salah satu ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan manusia.

Badan tersebut menambahkan, meningkatkan kualitas udara juga akan meningkatkan upaya mitigasi perubahan iklim, begitu pula sebaliknya.

Pedoman baru WHO merekomendasikan batas toleran untuk enam polutan termasuk ozon, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.

Baca juga: Kapal Tanker Korea Selatan Berisi 2 WNI Ditahan, Iran Tuding karena Polusi Minyak

Dua lainnya adalah PM10 dan PM2,5 atau partikel yang berdiameter sama atau lebih kecil dari 10 dan 2,5 mikron.

Penelitian WHO menunjukkan, PM2,5 dapat memasuki aliran darah, terutama mengakibatkan masalah kardiovaskular, pernapasan, serta memengaruhi organ lain.

Pada 2019, lebih dari 90 persen populasi dunia tinggal di daerah yang melebihi pedoman AQG 2005 untuk paparan PM2,5 jangka panjang.

Asia Tenggara adalah wilayah yang terkena dampak terburuk.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 dan Polusi Udara Tinggi di New Delhi, Para Dokter Larang Lomba Maraton Dilakukan

Kematian dini

Polusi udara merupakan ancaman kesehatan di semua negara, paling parah menyerang orang-orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah,” kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

WHO mengatakan, kualitas udara telah meningkat tajam sejak tahun 1990-an di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Di sisi lain, kualitas udara justru memburuk di sebagian besar negara lain sejalan dengan pertumbuhan ekonomi mereka.

Baca juga: Soal Polusi Udara, AS Juga Salahkan China di Hari Bumi

“Setiap tahun, paparan polusi udara diperkirakan menyebabkan 7 juta kematian dini dan mengakibatkan hilangnya jutaan tahun kehidupan yang lebih sehat,” kata WHO.

Pada anak-anak, polusi dapat menurunkan pertumbuhan dan fungsi paru-paru, infeksi pernapasan, serta menyebabkan asma yang memburuk.

Pada orang dewasa, penyakit jantung koroner dan stroke adalah penyebab paling umum kematian dini yang disebabkan oleh polusi udara di luar ruangan.

WHO mengatakan, beban penyakit yang disebabkan oleh polusi udara setara dengan risiko kesehatan lainnya seperti pola makan yang tidak sehat dan merokok.

Baca juga: Lockdown India: Polusi Berkurang, Himalaya pun Bisa Dipandang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com