Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuhan Presiden Haiti dan Misteri yang Menyelimuti...

Kompas.com - 10/07/2021, 10:58 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

Orang-orang berebut membeli kebutuhan pokok di supermarket, dan mengantre di pom bensin guna membeli propana untuk memasak, mengantisipasi jika terjadi ketidakstabilan selama berhari-hari.

"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa di negara ini, jadi saya bersiap untuk hari-hari buruk di masa depan," kata penduduk Port-au-Prince, Marjory, kepada AFP, saat dia dan suaminya membeli banyak barang di sebuah toko.

Kekerasan geng yang marak terjadi di negara Karibia tersebut, juga meningkat lagi pada Jumat dengan bentrokan antarkelompok yang melumpuhkan lalu lintas di jalan raya utama.

Bandara kota yang ditutup setelah serangan itu, diperkirakan akan dibuka kembali pada Jumat.

Namun pertanyaan terus berputar di negara itu tentang siapa yang membunuh Jovenel Moise dan mengapa Presiden Haiti ditembak.

"Orang asing datang ke negara ini untuk melakukan kejahatan. Kami, warga Haiti, terkejut," kata seorang penduduk ibu kota kepada AFP.

"Kami perlu tahu siapa di balik ini, nama mereka, latar belakang mereka, agar keadilan bisa ditegakkan," tambahnya.

Baca juga: Pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise Diduga Tentara Bayaran

Para polisi senior yang secara langsung bertanggung jawab atas keamanan presiden Haiti, telah dipanggil untuk hadir di pengadilan, kata komisaris pemerintah Port-au-Prince, Bed-Ford Claude, pada Kamis.

"Jika Anda bertanggung jawab atas keamanan presiden, di mana Anda? Apa yang Anda lakukan untuk menghindari insiden presiden ini?" kata Claude.

Ada juga mantan pejabat yang berspekulasi tentang kemungkinan keterlibatan agen keamanan dalam pembunuhan itu, yang semakin menambah kebingungan.

"Presiden Republik, Jovenel Moise, dibunuh oleh agen keamanannya," kata mantan senator Haiti Steven Benoit di radio Magik9, Jumat.

"Bukan orang Kolombia yang membunuhnya. Mereka dikontrak oleh negara Haiti," menurutnya.

Baca juga: Fakta Baru Pembunuhan Presiden Haiti, Ditembak 12 Kali

Kekacauan politik

Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh setelah sekelompok orang tak dikenal menyerang kediaman pribadinya, kata perdana menteri sementara negara itu dalam sebuah pernyataan Rabu, 7 Juli 2021. AP PHOTO/DIEU NALIO CHERY Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh setelah sekelompok orang tak dikenal menyerang kediaman pribadinya, kata perdana menteri sementara negara itu dalam sebuah pernyataan Rabu, 7 Juli 2021.
Insiden Presiden Haiti dibunuh semakin membuat negara termiskin di benua Amerika ini tidak stabil dan dilanda ketidakamanan.

Dua orang sekarang berebut memimpin negara berpenduduk 11 juta orang itu, yang lebih dari setengah populasinya berusia di bawah 20 tahun. Tidak ada parlemen yang berfungsi sekarang.

Salah satu tindakan terakhir Presiden Haiti Jovenel Moise pada Senin (5/7/2021) adalah menunjuk perdana menteri baru, Ariel Henry. Dia belum menjabat ketika Moise terbunuh.

Beberapa jam setelah pembunuhan itu, pendahulu Henry, perdana menteri sementara Claude Joseph, menyatakan keadaan darurat nasional selama 15 hari dan mengatakan dia sekarang yang memegang tampuk kepemimpinan.

Oposisi menuduh Joseph merenut kekuasaan, tetapi utusan PBB untuk Haiti, Helen La Lime, mengatakan Joseph-lah yang memiliki wewenang karena Henry belum dilantik.

Sebelum Presiden Haiti dibunuh, negara itu sudah dilanda krisis kelembagaan.

Moise tidak menyelenggarakan pemilu sejak ia berkuasa pada awal 2017, dan karena Haiti tidak memiliki parlemen sejak Januari 2020, Moise memerintah dengan dekrit.

Baca juga: Polisi: Presiden Haiti Ditembak Mati 28 Anggota Regu Pembunuh dari Amerika dan Kolombia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com