PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com - Pemerintah Haiti meminta AS menerjunkan pasukan setelah Presiden Jovenel Moise dibunuh Rabu (7/7/2021).
Nantinya, pasukan AS akan diminta bantuannya menjaga pelabuhan, bandara, ladang minyak, dan infrastruktur penting negara lainnya.
Negara di kawasan Karibia itu mempunyai sejarah tidak menginginkan keberadaan tentara "Negeri Uncle Sam".
Baca juga: 17 Eks Tentara Kolombia Diduga Terlibat Pembunuhan Presiden Haiti
Hanya saja, situasi saat ini sudah berubah setelah Presiden Jovenel Moise ditembak mati di kediaman pribadinya.
Pembunuhan tersebut disebut akan memicu krisis terburuk di Haiti, yang sudah berjibaku menghadapi intrik politik dan kekerasan antar-gang.
Mrnteri Pemilu Haiti Mathias Pierre menyatakan, permintaan dilayangkan setelah Presiden Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken berjanji membantu.
Dilansir The Sun Jumat (9/7/2021), Pierre mengatakan mereka tengah berjuang menghadapi terorisme perkotaan.
"Kelompok yang mendanai pelaku ini berniat menciptakan kekacauan. Menyerang bandara dan cadangan minyak mungkin akan mereka lakukan," kata dia.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki menerangkan, mereka akan mengirim penyidik senior FBI dan pejabat keamanan ke Port-Au-Prince.
Lebih lanjut, Haiti menjelaskan bahwa pembunuhan Presiden Moise didalangi oleh sekelompok pasukan asing.
Pihak keamanan sudah mengidentifikasi puluhan terduga pelaku, termasuk 26 warga Kolombia dan 2 pria AS keturunan Haiti.
Dari Kolombia, pemerintah setempat mengutus agen rahasia khusus dan petugas Kepolisian Internasional (Interpol) untuk membantu.
Baca juga: Setelah Pembunuhan Presiden Haiti, Dua Perdana Menteri Berebut Kekuasaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.