Pada 1919, saat bekerja sebagai profesor fisika teoretis di Universitas Berlin, Einstein berteori bahwa gerhana matahari akan memberi kesempatan untuk mengobservasi efek gravitasi pada cahaya.
Ketika laporan prediksinya terbukti benar, pengetahuan itu tidak hanya mengejutkan seluruh komunitas ilmiah, tetapi seluruh dunia.
"Teori Baru Alam Semesta. Gagasan Newtonian Digulingkan," tulis berita utama di London Times.
Bertahun-tahun setelah “tahun keajaiban” Einstein, penemuannya yang luar biasa mulai menjadi pengetahuan umum.
Fisikawan ini terkenal dalam sekejap, dan menghabiskan beberapa tahun berikutnya bepergian, melakukan ceramah, dan menghadiri penghargaan.
Dia juga menjadi pendiri Universitas Ibrani di Yerusalem pada 1921, dan memenangkan Hadiah Nobel pada tahun yang sama.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Terbentuknya VOC, Perusahaan Terbesar dan Terkaya di Dunia
Albert Einstein adalah seorang pasifis dan Yahudi yang blak-blakan. Alhasil ketika Hitler berkuasa di tampuk kekuasaan Jerman, dia membuat keputusan untuk pindah ke Amerika Serikat.
Dia menerima posisi di Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey. Fisikawan itu kemudian tidak akan pernah menginjakkan kaki di negara kelahirannya lagi.
Einstein dan era atom
Sebulan sebelum Perang Dunia II, Einstein dan koleganya, Leo Szilárd, menulis banyak surat kepada Presiden AS Franklin D Roosevelt. Dia menyuarakan peringatan bahwa Jerman sedang mengembangkan "bom jenis baru yang sangat kuat".
Pemimpin AS saat itu menanggapi surat-surat tersebut dengan serius. Segera setelah itu, Komite Penasihat Uranium (pendahulu Proyek Manhattan) dibentuk.
Insider melaporkan, bahwa Einstein sejatinya memiliki rasa bersalah karena perannya dalam memicu pengembangan senjata atom. Dia bahkan terus berbicara menentang penggunaannya sepanjang 1940-an dan seterusnya.
Baca juga: [HARI INI DALAM SEJARAH] Ides of March, Momen Pembunuhan Julius Caesar
Melihat kesejajaran antara perlakuan terhadap orang Yahudi di Jerman dan orang Afrika-Amerika di “Negeri Paman Sam”, Einstein lalu terlibat menjadi anggota Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Berwarna (NAACP).
Dia berkampanye untuk hak-hak sipil. Dalam pidatonya yang terkenal di Lincoln University, dia menyebut masalah rasial sebagai "penyakit orang kulit putih."
"Saya tidak akan diam tentang itu (isu rasial)," mengutip Insider.