Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Pemimpin Militer AS Sepakati Penyerbuan Gedung Capitol "Pemberontakan" Lawan Hukum

Kompas.com - 13/01/2021, 08:47 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Jenderal berpangkat tertinggi di AS, Mark Milly bersama dnegan Kepala Staf Gabungan merilis pernyataan pada Selasa (12/1/2021) bahwa pihaknya mengutuk kekerasan di Gedung Capitol pada Rabu (6/1/2021).

Pernyataan itu ditandatangani oleh setiap kepala cabang militer, yang menyebut peristiwa 6 Januari 2021 itu "tidak sejalan dengan supremasi hukum", seperti yang dilansir dari DW pada Rabu (13/1/2021). 

"Hak kebebasan berbicara dan berkumpul tidak memberikan siapa pun hak untuk melakukan kekerasan, hasutan dan pemberontakan," sebut pernyataan militer AS tersebut.

Baca juga: Sejumlah Perusahaan Besar Tarik Bantuan Dana Politik Partai Republik, Buntut Aksi Kekerasan di Gedung Capitol

Pesan dari petinggi militer juga mengingatkan semua anggota baik pria maupun wanita yang melayani keamanan "tetap fokus pada misi".

Dalam tindakan yang belum pernah terjadi sebelumya, para pemimpin militer merasa perlu untuk mengingatkan pasukannya yang bertugas bahwa setiap upaya untuk "mengacaukan proses Konstitusi" tidak hanya akan bertentangan dengan "tradisi, nilai, dan sumpah kita, itu juga melanggar hukum".

Baca juga: Usai Demo Rusuh di Gedung Capitol, Dua Anggota Parlemen AS Positif Covid-19

Sisi militer dengan supremasi hukum

Dalam kontradiksi terbuka dengan Presiden Donald Trump yang akan meninggalkan jabatannya pada 20 Januari, memo militer itu mengkonfirmasi kemenangan Demokrat yang akan datang.

"Pada 20 Januari 2021, sesuai dengan Konstitusi...Presiden terpilih Joe Biden akan dilantik dan akan menjadi Panglima Tertinggi kami yang ke-46," sebut pernyataan itu.

Beberapa veteran militer berpartisipasi penyerbuan massa ke gedung Capitol, termasuk seorang perusuh yang ditembak mati oleh polisi.

Baca juga: Biden Nyatakan “Tidak Takut” Ambil Sumpah Jabatan di Gedung Capitol AS

Namun, dalam pernyataan petinggi militer tersebut tidak menyebutkan perihal keterlibatan veteran tersebut.

Pejabat keamanan dan Garda Nasional sedang mempersiapkan rencana untuk upacara pelantikan di Washington DC, di tengah kekhawatiran bahwa pendukung Trump yang bersenjata dapat melakukan tindakan kekerasan lebih lanjut di ibu kota dan di seluruh negeri.

Baca juga: Perusuh “Bertanduk” di Gedung Capitol AS, Minta Makanan Khusus di Penjara

Militer tidak akan mengambil bagian dalam operasi keamanan, namun CNN melaporkan bahwa Angkatan Darat AS bekerja dengan Secret Service untuk menyelidiki, apakah memilah lebih lanjut latar belakang diperlukan untuk tentara yang akan menjadi bagian dari Garda Nasional Biden pada hari pelantikan.

Sementara ini, Presiden Donald Trump masih menjadi Panglima Tertinggi negara dan mengunakan sisa waktu jabatannya untuk meningkatkan pengeluaran militer.

Namun, sejauh ini dilaporkan militer AS tidak terlibat dalam perselisihan mengenai klaim penipuan pemilu yang tidak terbukti oleh pria 74 tahun itu.

Baca juga: Jelang Pelantikan Biden, Ekstremis Pendukung Trump Dilaporkan Bakal Kepung Gedung Capitol

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com