Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Kompas.com - 10/05/2024, 10:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AP News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Hubungan Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali tegang.

Hal itu karena ada perbedaan pendapat terkait serangan Israel ke Kota Rafah Palestina yang ditentang oleh Amerika Serikat.

Hubungan mereka juga mencapai titik terendah ketika Biden menunda pengiriman bom ke Israel dan memperingatkan bahwa penyediaan artileri dan persenjataan lainnya juga dapat ditangguhkan.

Baca juga: Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Jika Netanyahu melanjutkan operasi skala besar di kota Rafah di Gaza selatan yang padat dengan pengungsi.

Namun, Netanyahu mengabaikan peringatan Biden dan berjanji untuk terus maju, dengan mengatakan, "Jka kita harus berdiri sendiri, kita akan berdiri sendiri," terang Netanyahu, dikutip dari AP News pada Jumat (10/5/2024).

Biden telah lama bangga pada dirinya sendiri karena mampu mengelola Netanyahu dengan lebih banyak imbalan daripada hukuman.

Namun meningkatnya perselisihan selama tujuh bulan terakhir menunjukkan bahwa pendekatan yang dilakukannya mungkin sudah lama melewati batas waktu terbaiknya.

Ketika kedua pemimpin tersebut menyeimbangkan situasi Timur Tengah yang eksplosif dengan masalah politik dalam negeri masing-masing, Netanyahu semakin menolak daya tarik publik dan permohonan pribadi Biden, yang memicu penolakan presiden yang lebih tegas dalam beberapa minggu terakhir.

"Jika mereka masuk ke Rafah, saya tidak akan memasok senjata yang telah digunakan secara historis untuk menangani Rafah," kata Biden dalam wawancara dengan CNN pada hari Rabu, sambil mengungkapkan perbedaan pendapatnya yang semakin besar dengan Netanyahu.

Baca juga: Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Meski begitu, para pembantu Biden bersikeras bahwa presiden tidak mau membiarkan hubungan AS-Israel benar-benar retak di bawah pengawasannya.

Mereka tidak hanya mengutip kepentingan politik, mayoritas warga Amerika mendukung Israel, tetapi juga sejarah pribadi Biden dengan negara tersebut dan keyakinannya terhadap hak negara tersebut untuk membela diri.

Para pembantu presiden, yang menyaksikan bagaimana protes pro-Palestina mengguncang partainya dan kampus-kampus yang menjadi tempat berkembang biaknya pemilih Partai Demokrat, telah merenung selama berbulan-bulan bahwa Biden bisa menjadi orang Demokrat terakhir yang pro-Israel di Gedung Putih.

Optimisme mereka mengenai kemampuan mereka untuk membendung Netanyahu mungkin akan jatuh ke dalam perangkap yang sama yang telah membuat kesal banyak presiden Amerika yang telah berselisih dengan pemimpin Israel selama beberapa dekade.

Sementara Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby pada hari Kamis menolak mengatakan apakah Biden memberi tahu Netanyahu.

Yakni tentang keputusannya untuk menangguhkan pengiriman 3.500 bom ketika para pemimpin berbicara awal pekan ini.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com