Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Naik Usai Presiden Iran Meninggal

Kompas.com - 20/05/2024, 16:52 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal, harga minyak naik pada Senin (20/5/2024). Kenaikan ini juga karena di tengah ketidakpastian politik di negara-negara produsen mintak utama.

Tak hanya karena kabar Presiden Iran meninggal, tetapi kenaikan harga minyak juga lantaran putra mahkota Arab Saudi membatalkan perjalanan ke Jepang, dengan alasan masalah kesehatan raja Arab.

Dikutip dari Reuters, minyak Brent naik 41 sen atau 0,5 persen menjadi $84,39 per barel pada 06.32 GMT, setelah sebelumnya naik menjadi $84,43, tertinggi sejak 10 Mei.

Baca juga: Biografi Ebrahim Raisi: Ulama, Jaksa, dan Politisi Iran Garis Keras

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan Juni naik tipis 23 sen menjadi $80,29 per barel, setelah mencapai $80,35 sebelumnya, tertinggi sejak 1 Mei.

Kontrak bulan Juni berakhir pada hari Selasa dan kontrak Juli yang lebih aktif berada pada $79,89, naik 31 sen atau 0,4 persen.

Presiden Iran Ebrahim Raisi, seorang garis keras yang telah lama dipandang sebagai calon penerus Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, tewas dalam kecelakaan helikopter di daerah pegunungan dekat perbatasan Azerbaijan, kata para pejabat dan media pemerintah pada Senin.

Secara terpisah, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menunda kunjungannya ke Jepang, yang dijadwalkan dimulai pada hari Senin ini.

Alasannya masalah kesehatan dengan ayahnya Raja Salman, kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi.

Baca juga: Pejabat Iran: Ebrahim Raisi Tewas Usai Helikopternya Menabrak Puncak Pegunungan

Kantor berita Arab Saudi pada hari Minggu melaporkan bahwa Raja Salman yang berusia 88 tahun akan menjalani perawatan karena radang paru-parunya.

"Jika kesehatan sang ayah menurun, hal ini menambah lapisan ketidakpastian yang sudah melingkari pasar energi pagi ini menyusul berita bahwa Presiden Iran hilang," kata analis IG Markets, Tony Sycamore.

Dia menambahkan bahwa harga WTI akan rebound lebih jauh menuju $83,50 setelah naik di atas rata-rata pergerakan 200 hari di $80,02.

"Saya pikir ada cukup alasan mengapa hal ini terjadi, terlebih lagi ketika Anda mempertimbangkan langkah-langkah properti China yang diumumkan minggu lalu, termasuk melonggarkan peraturan hipotek, menurunkan deposito, dan membeli rumah yang tidak terjual," terang Sycamore.

Sebelumnya, Brent mengakhiri minggu sebelumnya dengan kenaikan sekitar 1 persen, kenaikan mingguan pertama dalam tiga minggu.

Sementara WTI naik 2 persen karena membaiknya indikator ekonomi dari AS dan China, konsumen minyak terbesar di dunia.

Meskipun terdapat volatilitas di kawasan ini, harga minyak hanya bergerak sedikit.

Baca juga: Kronologi Penemuan Helikopter Presiden Iran yang Jatuh, IRCS: Tak Ada Jejak Korban Selamat

"Pasar minyak sebagian besar masih terikat pada kisaran ini dan tanpa katalis baru, kita mungkin harus menunggu kejelasan seputar kebijakan produksi OPEC+ untuk keluar dari kisaran ini," ungkap Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Pria 98 Tahun Diyakini Jadi Donor Organ Tertua di AS

Pria 98 Tahun Diyakini Jadi Donor Organ Tertua di AS

Global
Hezbollah Luncurkan 250 Roket ke Israel Usai Komandannya Tewas, Terbanyak sejak Oktober

Hezbollah Luncurkan 250 Roket ke Israel Usai Komandannya Tewas, Terbanyak sejak Oktober

Global
Gelombang Partai Ultra Kanan Menjungkirbalikkan Politik Nasional Eropa

Gelombang Partai Ultra Kanan Menjungkirbalikkan Politik Nasional Eropa

Internasional
Bentrokan di Argentina karena Upaya Reformasi Presiden

Bentrokan di Argentina karena Upaya Reformasi Presiden

Global
Hamas Bantah Usulkan Banyak Perubahan pada Proposal Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Bantah Usulkan Banyak Perubahan pada Proposal Gencatan Senjata di Gaza

Global
Belajar dari Revolusi Perumahan di Venezuela

Belajar dari Revolusi Perumahan di Venezuela

Global
Polisi Italia Sita Kapal Rusak yang Dipakai Akomodasi Polisi KTT G7

Polisi Italia Sita Kapal Rusak yang Dipakai Akomodasi Polisi KTT G7

Global
Rangkuman Hari Ke-840 Serangan Rusia ke Ukraina: Kota Kelahiran Zelensky Diserang | NATO Temui PM Hongaria

Rangkuman Hari Ke-840 Serangan Rusia ke Ukraina: Kota Kelahiran Zelensky Diserang | NATO Temui PM Hongaria

Global
Penggalian Pompeii Temukan 'Ruang Biru' yang Diyakini Kuil Kuno

Penggalian Pompeii Temukan "Ruang Biru" yang Diyakini Kuil Kuno

Global
Tak Dapat Akomodasi Layak, 2.600 Polisi KTT G7 Berjejal Tidur di Kapal Rusak

Tak Dapat Akomodasi Layak, 2.600 Polisi KTT G7 Berjejal Tidur di Kapal Rusak

Global
Rusia Serang Kota Kelahiran Zelensky di Kryvyi Rig Ukraina, 9 Orang Tewas

Rusia Serang Kota Kelahiran Zelensky di Kryvyi Rig Ukraina, 9 Orang Tewas

Global
NATO Izinkan Hongaria Tak Wajib Bantu Ukraina Perang Lawan Rusia

NATO Izinkan Hongaria Tak Wajib Bantu Ukraina Perang Lawan Rusia

Global
[POPULER GLOBAL] Keracunan Makanan di Sekolah Malaysia | Blinken Berterima Kasih ke Prabowo

[POPULER GLOBAL] Keracunan Makanan di Sekolah Malaysia | Blinken Berterima Kasih ke Prabowo

Global
Ketika Korea Utara dan Korea Selatan Adu Propaganda dengan Balon...

Ketika Korea Utara dan Korea Selatan Adu Propaganda dengan Balon...

Global
Denmark Tarik Merek Mi Instan dari Korea Selatan karena Terlalu Pedas

Denmark Tarik Merek Mi Instan dari Korea Selatan karena Terlalu Pedas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com