Nenek Morium Khatun (55) mengatakan dia ingin menghindari kejahatan terkait narkoba di kamp-kamp yang telah menyebabkan puluhan orang terbunuh dalam beberapa tahun terakhir.
"Saya mencari ketenangan pikiran. Kamp pengungsian bukan tempat untuk itu," katanya.
Baca juga: Pindahkan Pengungsi Rohingya, Pemerintah Bangladesh Tuai Kontroversi
Namun, kelompok HAM yang mewawancarai beberapa orang Rohingya menyatakan, mereka tidak punya pilihan lain selain pindah.
"Rumah beberapa pengungsi digembok oleh relawan yang bekerja untuk otoritas kamp Bangladesh untuk memaksa mereka menyetujui relokasi," kata seorang pekerja organisasi HAM kepada AFP, yang berbicara tanpa menyebut nama.
"Mereka diberitahu bahwa jika mereka tidak pergi, rumah mereka akan tetap digembok,” imbuhnya.
Juru kampanye Amnesty International Asia Selatan Saad Hammadi berpendapat serupa, bahwa banyak pengungsi Rohingya yang dipaksa untuk pindah ke Bhashan Char.
Baca juga: Lucuti Hak Pilih Etnis Minoritas Termasuk Rohingya, Pemilu Myanmar Dinilai Apartheid
"Tuduhan dari dalam masyarakat tentang insentif tunai yang ditawarkan kepada keluarga Rohingya untuk pindah ke Bhashan Char serta penggunaan taktik intimidasi membuat proses relokasi dipertanyakan," kata dia.
Pada gelombang pertama pemindahan etnik Rohingya ke Bahshan Char, beberapa orang Rohingya mengatakan kepada AFP bahwa mereka dipukuli dan diintimidasi untuk setuju pindah.
PBB mengaku belum terlibat dalam pemindahan tersebut.
Baca juga: Penderitaan Etnis Rohingya, Disiksa dan Dibunuh Jika Kabur dari Kamp
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.