Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pindahkan Pengungsi Rohingya, Pemerintah Bangladesh Tuai Kontroversi

Kompas.com - 03/12/2020, 20:34 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

COX’S BAZAAR, KOMPAS.com - Bangladesh mulai memindahkan ratusan pengungsi Rohingya ke sebuah pulau dataran rendah di daerah yang rawan topan dan banjir pada Kamis (03/12/20).

Tindakan itu menuai kecaman, dengan kelompok pegiat hak asasi manusia menuduh para pengungsi itu dipaksa pergi.

Hampir satu juta Rohingya tinggal di kamp-kamp kumuh di Bangladesh tenggara. Mereka sebagian besar melarikan diri dari serangan militer di Myanmar pada tahun 2017.

Pemerintah Bangladesh diduga semakin tidak sabar untuk membersihkan kamp. Sebab banyak pengungsi menolak untuk kembali dan geng narkoba yang kejam serta ekstremis aktif di lokasi.

Pada Kamis, lebih dari 20 bus yang membawa hampir seribu orang meninggalkan kamp di wilayah Cox's Bazaar menuju kota pelabuhan Chittagong.

"Dua puluh bus berangkat dalam dua shift. Ada 423 orang di 10 bus pertama dan 499 orang di 10 bus kedua," kata Anwar Hossain, kepala polisi regional kepada AFP.

Baca juga: Terungkap Nilai Upah yang Diberikan untuk Penyelundup Warga Rohingya

Keterangan resmi menyatakan dari Chittagong para pengungsi akan dibawa dengan kapal pendarat militer ke pulau Bhashan Char.

Pulau seluas 13.000 acre (52 kilometer persegi) ini adalah salah satu dari beberapa jalur berlumpur yang muncul di Teluk Benggala dalam beberapa dekade terakhir.

Angkatan Laut Bangladesh telah membangun tempat berlindung di sana untuk setidaknya 100.000 pengungsi Rohingya serta tanggul banjir setinggi sembilan kaki (tiga meter).

Namun penduduk setempat mengatakan air pasang membanjiri pulau itu beberapa tahun lalu. Topan juga sering terjadi di wilayah tersebut dan dapat menyebabkan gelombang badai setinggi empat atau lima meter.

Terpaksa pergi

Polisi mengatakan lebih banyak bus akan berangkat Kamis malam. Pejabat pemerintah sebelumnya mengatakan mereka berencana memindahkan total 2.500 orang pada tahap pertama.

Tetapi kelompok hak asasi manusia termasuk Human Rights Watch dan Amnesti Internasional menuduh bahwa beberapa pengungsi telah dipaksa pergi.

Baca juga: Sindikat Perdagangan Warga Rohingya Ditangkap

Ini dibuktikan oleh beberapa anggota keluarga yang berbicara dengan AFP pada hari Kamis.

"Mereka memukuli anak saya tanpa ampun dan bahkan menghancurkan giginya sehingga dia setuju untuk pergi ke pulau itu," kata Sufia Khatun, 60 tahun, yang datang untuk menjenguk putranya dan lima kerabat lainnya.

Hafez Ahmed, 17, datang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saudara laki-lakinya dan keluarganya.

Halaman:
Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Global
Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Global
Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com