Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes RI Hajriyanto: Krisis Mengubah Budaya Politik di Lebanon

Kompas.com - 01/10/2020, 15:42 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

BEIRUT, KOMPAS.com - Menurut Duta Besar LBBP RI H. Hajriyanto Y. Thohari M.A, di Beirut dalam Kuliah Umum Dinamika Bahasa, Sastra dan Geo-Budaya Arab Kontemporer di Lebanon, semua krisis yang dialami Lebanon telah mengubah kebudayaan politik mereka.

Menjawab pertanyaan jurnalis Kompas.com pada kuliah umum yang digelar virtual, Senin (28/9/2020) Dubes Hajriyanto mengatakan bahwa intinya, ledakan masif di Beirut adalah puncak dari segala krisis yang terjadi.

"Lebanon sedang tidak punya Kabinet yang definitif dan ledakan (masif) terjadi dalam suasana itu," Ungkap Dubes Hajriyanto dalam acara yang digelar Prodi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tersebut.

Baca juga: Usai Ledakan Beirut, Ini Curahan Hati Seorang Dokter Bedah Muda

"Akibat krisis ekonomi, pandemi Covid-19, dan ledakan itu, telah mengubah (Lebanon) dalam banyak hal. Salah satunya (dalam) budaya politik."

Dubes Hajriyanto menjelaskan bahwa dalam kebudayaan politik, kepercayaan (rakyat) pada pemerintah Lebanon menurun.

Budaya politik Arab Klasik nyaris sudah tidak tampak lagi, terlebih negara yang paling responsif adalah Barat, Perancis.

"Negara-negara Arab kaya membantu secara finansial yang terbatas, kemanusiaan, tapi yang mengawal reformasi pasca ledakan adalah Perancis. Presiden (Emanuel) Macron itu... seperti menjadi pemimpin yang mereformasi Lebanon. Dia menjalankan konferensi bagaimana me-recovery Lebanon, bagaimana dia mensyaratkan bantuan jika Lebanon melakukan reformasi politik dan ekonomi (dan) memang Lebanon punya hubungan khusus dengan perancis..." terang Dubes Hajriyanto.

Baca juga: Pelabuhan Beirut Lebanon Kebakaran Lagi, Udara Bisa Beracun

Menurut Dubes kelahiran Karanganyar ini, Macron begitu dielu-elukan oleh rakyat Lebanon terutama di Beirut.

"Secara interpretatif, dalam aliran antropologi kebudayaan, aliran interpretatif adalah aliran yang melihat perubahan-perubahan kebudayaan dari aspek perilaku yang ditunjukkan dalam mengekspresikan pandangan. Tampak perubahan kebudayaan yang serius di Lebanon pasca ledakan itu," ujar Dubes Hajriyanto.

Dia juga menerangkan bahwa dampak perekonomian juga telah mengawali kehancuran Lebanon sampai hari ini.

Baca juga: Dari Jendela Menjadi Kendi, Cara Warga Lebanon Mendaur Ulang Kaca Ledakan Beirut

"Beberapa stasitun TV, majalah yang (berkualitas) bagus kini gulung tikar akibat krisis ekonomi. Beberapa media online juga mengalami gangguan bahkan banyak yang gulung tikar. Penerbitan juga banyak terkena dampak," imbuhnya.

Kini, dalam waktu kurang dari setahun, Lebanon telah dilanda krisis ekonomi, protes massa, keterpurukan finansial dan wabah virus corona.

Semua itu seakan masih "kurang" sampai ledakan masif terjadi di pelabuhan Beirut pada Selasa 4 Agustus 2020 lalu.

Pengunjuk rasa terlibat ricuh dengan petugas keamanan saat demo memprotes ledakan yang terjadi Selasa lalu, di pusat kota Beirut, Lebanon, Sabtu (8/8/2020). Unjuk rasa tersebut merupakan bentuk kemarahan warga kepada pemerintah Lebanon yang dianggap lalai, menyusul ledakan besar di Beirut pada 4 Agustus lalu yang merenggut ratusan korban jiwa.AFP/STR Pengunjuk rasa terlibat ricuh dengan petugas keamanan saat demo memprotes ledakan yang terjadi Selasa lalu, di pusat kota Beirut, Lebanon, Sabtu (8/8/2020). Unjuk rasa tersebut merupakan bentuk kemarahan warga kepada pemerintah Lebanon yang dianggap lalai, menyusul ledakan besar di Beirut pada 4 Agustus lalu yang merenggut ratusan korban jiwa.

Semuanya tampak menakutkan. Meski banyak warganya terus berharap akan perbaikan dari segala aspek di negara itu, namun agaknya, hari-hari yang lebih gelap masih akan terus berdatangan.

Baca juga: Pemimpin Hezbollah: Perancis Jangan Bertindak Layaknya Penguasa Lebanon

Melansir Associated Press (AP), cadangan devisa negara itu mengering, mata uang lokal diperkirakan akan semakin turun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com