BEIRUT, KOMPAS.com - Malam itu kehidupan Dr Bassam Osman (27) berubah. Sekitar jam 6 malam pada 4 Agustus lalu, dokter residen bedah yang masih muda itu baru saja mengakhiri jadwal tugas dari rumah sakit tempat dia bekerja.
Namun, tak lama dia beristirahat, ledakan dahsyat dan masif mengguncang Beirut.
Ratusan orang terluka membanjiri Pusat Medis Universitas Amerika, salah satu rumah sakit terbaik di Lebanon sekaligus tempat bekerja Dr Osman.
Melansir Associated Press (AP), staf medis yang terdiri dari sekitar 100 dokter, perawat, dan para asisten mengubah serta membuat prioritas ruang untuk merawat pria, wanita, dan anak-anak yang terluka.
Mereka menjahit luka dengan pencahayaan dari lampu ponsel saat listrik padam. Yang terluka terus berdatangan karena beberapa rumah sakit lain yang berada di dekat pelabuhan itu lumpuh akibat ledakan tersebut.
Salah satu dokter veteran yang pernah bekerja selama perang saudara Lebanon mengatakan mereka belum pernah melihat yang seperti itu.
Dalam enam jam, mereka menghabiskan persediaan darurat yang bisa digunakan selama satu setengah tahun.
Osman akhirnya bekerja selama 52 jam berturut-turut. Dia merawat lebih dari puluhan pasien. Satu orang dari yang dirawatnya meninggal dunia.
"Tidak ada momen dalam hidup saya di mana saya merasa lebih berhubungan dengan diri saya sendiri dan kemanusiaan di sekitar saya [seperti saat ini]," kata Osman dalam sebuah tweet pasca 52 jam beruntun itu.
Osman, di awal karirnya, menemukan (kenyataan) yang jauh berbeda di bidang medis dari apa yang dia pikir ketika pertama kali memasuki profesi itu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.