Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Kompas.com - 12/05/2024, 15:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badai Matahari ekstrem yang berlangsung sejak Jumat (10/5/2024) dilaporkan memunculkan pemandangan langka aurora di sejumlah negara hingga masalah sinyal.

Pemerintah Amerika Serikat melalui Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) menyebut, badai geomagnetik ekstrem terparah dalam 20 tahun terakhir ini diperkirakan akan berlanjut hingga akhir pekan.

Dilansir dari CNN, Jumat, badai Matahari terjadi karena lontaran massa korona (CME) atau pelepasan besar plasma dan medan magnet dari korona Matahari.

Lontaran tersebut paling sering berasal dari wilayah aktif pada permukaan Matahari, seperti bintik Matahari yang bergerombol.

NOAA mengungkapkan, badai Matahari pada Mei 2024 disebut ekstrem karena setidaknya ada lontaran massa korona yang mengarah ke Bumi.

Tidak hanya itu, lontaran tersebut diperkirakan berasal dari bintik Matahari yang mencakup area dengan ukuran 16 kali lebih luas dari Bumi.

Baca juga: Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN


Dampak badai Matahari 2024

Laporan awal menyebut peristiwa ini berdampak pada ketidakteraturan jaringan listrik dan penurunan komunikasi frekuensi tinggi.

Badai Matahari 2024 juga memengaruhi sistem satelit navigasi dan penentuan posisi global atau lebih dikenal sebagai GPS.

Aktivitas Matahari yang dibicarakan NOAA melibatkan pelepasan energi Matahari yang bergerak melalui ruang angkasa dan akhirnya mencapai Bumi.

Ketika radiasi tersebut mengenai bola magnet yang mengelilingi Bumi, akan menyebabkan fluktuasi pada ionosfer, lapisan atas atmosfer yang terionisasi oleh radiasi Matahari.

Perubahan tersebut dapat berdampak langsung pada satelit dan pesawat ruang angkasa di orbit, mengubah orientasinya, atau bahkan berpotensi merusak perangkat elektroniknya.

Selain itu, perubahan pada ionosfer dapat menghalangi atau menurunkan transmisi radio yang mencoba melewati atmosfer untuk mencapai satelit.

Satelit GPS bergantung pada sinyal yang menembus ionosfer. Untuk itu, gangguan geomagnetik diperkirakan mempengaruhi teknologi penting yang digunakan pesawat terbang, kapal laut, industri pertanian, serta minyak dan gas.

Baca juga: Proses Terjadinya Aurora, Fenomena Cahaya di Langit Kutub Bumi

Pengaruhi transmisi radio

Kondisi yang sama turut memengaruhi transmisi radio gelombang pendek pada kapal, pesawat terbang, badan manajemen darurat, dan militer, yang semuanya bergantung pada gelombang radio frekuensi tinggi.

Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) NOAA menyebutkan, badai geomagnetik dapat berdampak pada infrastruktur di orbit dekat Bumi dan di permukaan Bumi. Selain juga berpotensi mengganggu komunikasi, jaringan listrik, navigasi, operasi radio dan satelit. 

"SWPC telah memberi tahu operator mengenai sistem ini, sehingga mereka dapat mengambil tindakan perlindungan," bunyi pernyataan CWPC melalui rilis resmi, Jumat.

Namun, diberitakan AP News, Minggu (12/5/2024), laporan sementara masih belum menemukan dampak signifikan badai Matahari pada jaringan listrik, komunikasi, dan GPS.

Sejauh ini, Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) mengatakan belum ada wilayah yang melaporkan dampak signifikan dari badai Matahari.

Senada, Departemen Energi Amerika Serikat pun mengungkapkan, masih belum ada dampak badai Matahari terhadap keberlangsungan listrik.

Di sisi lain, internet satelit SpaceX milik Elon Musk, Starlink, mengakui mengalami penurunan layanan pada Sabtu (11/5/2024) pagi.

Meski di bawah banyak tekanan, Musk mengatakan bahwa layanan Starlink masih bertahan dan dapat beroperasi sejauh ini.

Baca juga: Benarkah Aurora Mengeluarkan Suara?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com