Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Kompas.com - 12/05/2024, 12:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kini tak lagi memungut sampah organik warga.

Kepala UPTD Pelayanan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman Rita Probowati mengatakan, kebijakan ini bukan tanpa alasan.

Menurutnya, sampah organik dapat menyebabkan kualitas sampah anorganik di TPST berkurang.

“Sampah yang diolah di TPST, akan menjadi bahan bakar pengganti batu bara di perusahaan pabrik semen di Cilacap,” kata Rita saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/5/2024).

Lantas, ke mana warga Sleman akan membuang sampah organik?

Baca juga: Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Solusi untuk warga

Rita mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan sosialisasi terkait pengolahan sampah organik yang tak lagi diangkut.

Sosialisasi tersebut berupa pembuatan tabung atau lubang biopori untuk membuang sampah-sampah organik.

“Di masyarakat sudah ada sosialisasi dari bidang lain di DLH. Setiap rumah tangga, diwajibkan untuk membuat tabung atau lubang biopori,” jelas dia.

Setidaknya, setiap rumah tangga membuat tiga lubang biopori sedalam 1-1,5 meter. Harapannya, satu lubang biopori bisa menampung sampah organik tiga minggu sampai dengan 1,5 bulan.

“Sehingga harapannya lubang ketiga itu adalah untuk bulan yang ketiga,” ujarnya.

Baca juga: Dibanjiri Sampah Usai Hujan, Kondisi Pantai Teluk Banten Jadi Sorotan Media Asing

Ia menjelaskan, pada bulan ketiga, sampah-sampah lubang biopori pertama sudah menjadi kompos dan bisa dimanfaatkan untuk tanaman.

Bagi warga yang lahannya sudah tertutupi oleh conblock, cukup membuka beberapa untuk membuat lubang biopori.

Lebih lanjut, ia mengaku bahwa DLH Sleman juga sudah melakukan sosialisasi pemilahan sampah organik dan anorganik.

Menurutnya, sosialisasi-sosialisasi rutin yang dilakukan oleh DLH tersebut sudah dipahami oleh masyarakat Sleman.

“Ini tidak bisa dikatakan langsung efektif, ini butuh waktu. Tapi progresnya sudah baik, semakin lama, semakin meningkat membaik,” terangnya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Makan Siang (Bergizi) Gratis

Makan Siang (Bergizi) Gratis

Tren
Diduga Dikuntit Densus 88, Berikut Profil dan Kasus Besar yang Ditangani Jampidsus Febrie Adriansyah

Diduga Dikuntit Densus 88, Berikut Profil dan Kasus Besar yang Ditangani Jampidsus Febrie Adriansyah

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di Jateng Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di Jateng Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
Ada Fenomena Matahari di Atas Kabah pada 27-28 Mei 2024, Pukul Berapa?

Ada Fenomena Matahari di Atas Kabah pada 27-28 Mei 2024, Pukul Berapa?

Tren
8 Manfaat Lemak Sehat untuk Tubuh, Bisa Jaga Kesehatan Jantung dan Otak

8 Manfaat Lemak Sehat untuk Tubuh, Bisa Jaga Kesehatan Jantung dan Otak

Tren
Menyoroti Penerbangan Jemaah Haji Indonesia yang Diwarnai Sejumlah Masalah...

Menyoroti Penerbangan Jemaah Haji Indonesia yang Diwarnai Sejumlah Masalah...

Tren
Diduga Buntuti Jampidsus Kejagung, Apa Tugas Densus 88 Sebenarnya?

Diduga Buntuti Jampidsus Kejagung, Apa Tugas Densus 88 Sebenarnya?

Tren
9 Tanda Darah Tinggi di Usia 20-an, Bisa Picu Serangan Jantung dan Stroke

9 Tanda Darah Tinggi di Usia 20-an, Bisa Picu Serangan Jantung dan Stroke

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 26-27 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 26-27 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88 | Rumput GBK Disorot

[POPULER TREN] Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88 | Rumput GBK Disorot

Tren
Daftar Lengkap Urutan Film Mad Max, Terbaru Furiosa

Daftar Lengkap Urutan Film Mad Max, Terbaru Furiosa

Tren
Aktif di Malam Hari, Berikut 10 Spesies yang Termasuk Hewan Nokturnal

Aktif di Malam Hari, Berikut 10 Spesies yang Termasuk Hewan Nokturnal

Tren
Kisah Mat Bin Mat Suroh, Bertaruh Nyawa Selamatkan Kereta Api dari Kecelakaan Fatal

Kisah Mat Bin Mat Suroh, Bertaruh Nyawa Selamatkan Kereta Api dari Kecelakaan Fatal

Tren
12 Jenis Kanker yang Paling Sering Menyerang Pria, Apa Saja?

12 Jenis Kanker yang Paling Sering Menyerang Pria, Apa Saja?

Tren
Kisah Pasutri Berangkat Haji Beda Kloter, Bertemu di 'Gerbang Cinta' Masjid Nabawi

Kisah Pasutri Berangkat Haji Beda Kloter, Bertemu di "Gerbang Cinta" Masjid Nabawi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com