Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Kasus Penganiayaan Santri asal Banyuwangi, Jawa Timur

Kompas.com - 27/02/2024, 12:15 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Keluarga korban semula percaya bahwa Bintang meninggal karena jatuh dari kamar mandi. Namun, Mia melihat ada darah yang tercecer keluar dari keranda.

Di sisi lain, pihak pesantren menolak unutk membuka kain kafan korban dengan alasan sudah disucikan.

"Katanya sepupu saya sudah suci. Jadi enggak perlu dibuka. Kami tetap ngotot karena curiga ada ceceran darah keluar dari keranda," ungkap Mia, dilansir dari Kompas.com, Selasa (27/2/2024).

Baca juga: 5 Fakta Helikopter Jatuh di Halmahera, Semua Penumpang Meninggal Dunia

3. Korban menderita luka di sekujur tubuh

Setelah kain kafan korban dibuka, tubuh korban dipenuhi dengan luka.

Luka tersebut terdiri dari jeratan tali di leher, sundutan rokok berwarna hitam di kulit kaki, dan tulang hidung yang terlihat patah.

Tak hanya itu, Mia juga menyebutkan adanya bekas luka lain yang mencurigakan, yakni bekas lubang di bagian dada.

"Ada luka lebam di sekujur tubuh. Ditambah luka seperti jeratan leher. Apalagi di hidungnya juga terlihat patah. Ini sudah pasti bukan jatuh dari kamar mandi, tapi dianiaya," tuturnya.

Keluarga korban akhirnya melaporkan hal tersebut ke Polsek Glenmore, Kabupaten Banyuwangi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Kemudian jasad korban dibawa ke RSUD Blambangan, Kabupaten Banyuwangi untuk pelaksanaan visum.

Baca juga: 7 Fakta Pungli Pegawai Rutan KPK, Raup Rp 6 Miliar Disanksi Minta Maaf

4. Pihak pesantren tidak tahu adanya penganiayaan

Terpisah, pihak pesantren mengaku tidak tahu adanya kasus penganiayaan yang menyebabkan Bintang meninggal dunia.

Pengasuh pesantren Al Hanifiyah, Fatihunada mengatakan, mereka hanya menerima laporan dari pengurus bahwa Bintang meninggal akibat terpeleset di kamar mandi.

"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi,” kata Fatihunada yang kerap dipanggil Gus Fatih, dikutip dari Kompas.com, Senin.

Usai mendengar kabar tersebut, ia dan sejumlah pengurus lain membantu pemulangan jenazah.

Ia pun tak menyangka bahwa santri yang diantarnya menuju Banyuwangi tersebut meninggal karena dianiaya.

 

(Sumber: Kompas.com/M Agus Fauzul Hakim, Rizki Alfian Restiawan | Editor: Andi Hartik, Aloysius Gonsaga AE, Phytag Kurniati)

Baca juga: 6 Fakta Pembunuhan Satu Keluarga di Penajam Paser Utara, Pelaku Siswa SMK, Motifnya Sakit Hati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com