Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terisolasi dari Dunia Luar, Peneliti di Antartika Mulai Mengembangkan Aksen Baru

Kompas.com - 27/02/2024, 09:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Antartika adalah benua dengan penghuni paling sedikit di Bumi, bahkan tidak memiliki populasi permanen.

Kendati demikian, sejumlah komunitas, ilmuwan, dan staf pendukung kerap menetap di sana untuk melakukan penelitian.

Pada bulan-bulan musim panas, biasanya terdapat sekitar 5.000 orang yang tinggal di Antartika. Namun, jumlahnya turun drastis menjadi hanya 1.000 selama musim dingin.

Meski keberadaan sebagian besar ilmuwan untuk mempelajari hal-hal seperti iklim dan keanekaragaman hayati, tapi Antartika yang ekstrem merupakan tempat sempurna untuk meneliti aspek tertentu dari perilaku manusia, budaya, dan sosiolinguistik.

Dilansir dari IFL Science, Kamis (17/8/2023), tim dari Ludwig Maximilian University of Munich, Jerman pada 2019 mempelajari perubahan aksen di antara orang-orang yang direkrut dari British Antarctic Survey.

Kumpulan orang-orang tersebut termasuk delapan orang yang lahir dan besar di Inggris, satu orang dari Amerika barat laut, satu lagi dari Jerman, serta seorang warga Islandia.

Mereka merekam suara di awal penelitian, kemudian membuat empat rekaman ulang lagi dengan interval kira-kira enam minggu.

Selama menetap di Stasiun Penelitian Rothera, Antartika, mereka bekerja sama secara erat, bersosialisasi satu sama lain, serta membatasi kontak dengan dunia luar.

Baca juga: Penguin Putih Langka Terlihat di Antartika, Jenis Apakah Itu?


Aksen orang-orang mulai berubah

Marlon Clark, salah satu dari 26 peneliti internasional dan staf pendukung yang tinggal di Rothera mengaku hampir tak pernah kontak dengan rumah selama 26 minggu atau lebih dari enam bulan.

Panggilan telepon satelit yang mahal dan jarang digunakan membuat mereka hanya memiliki satu sama lain sebagai teman dengan bahasa Inggris sebagai bahasa untuk berkomunikasi.

"Kami akan berbicara satu sama lain saat bekerja, saat istirahat, bermain biliar, atau di kamar kami," kata Clark, dikutip dari BBC, Jumat (23/2/2024).

"Kami dapat mempelajari cerita satu sama lain dengan cukup cepat. Ada banyak perbincangan tentang cuaca," imbuhnya.

Anehnya, di tengah percakapan, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Para peneliti menyadari ada perubahan aksen di antara para penghuni Stasiun Rothera.

Clark dan rekan-rekannya tidak memperhatikan hal ini pada saat itu. Mereka hanya membuat rekaman selama 10 menit setiap beberapa minggu, berisi pengulangan 29 kata umum, seperti makanan (food), kopi (coffee), bersembunyi (hid), dan aliran udara (airflow).

Ketika rekaman tersebut akhirnya dikembalikan ke tim peneliti fonetik di Jerman untuk dianalisis, mereka menemukan ada sedikit perubahan pengucapan beberapa kata.

Baca juga: Misteri Air Terjun Blood Falls Antartika yang Berwarna Merah Darah Terungkap, Ilmuwan Jelaskan Penyebabnya

Halaman:

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com