Biasanya, produksi laktase akan tetap terhitung tinggi untuk mencerna jumlah susu dalam pola makan orang dewasa.
Namun pada kasus lain, produksi laktase menurun dengan drastis pada usia dewasa sehingga susu berlaktosa sulit dicerna.
Bentuk intoleransi laktosa ini terjadi dikarenakan seseorang sakit, cedera, atau operasi yang melibatkan usus kecil.
Hal itu kemudian membuat usus kecil tidak bisa memproduksi enzim laktase yang normal.
Penyakit yang berhubungan dengan intoleransi laktosa sekunder termasuk infeksi usus, penyakit celiac, pertumbuhan bakteri berlebih, dan penyakit Crohn.
Meski jarang, gangguan intoleransi laktosa bisa dibawa oleh bayi yang baru lahir karena defisiensi laktase.
Gangguan ini bisa diturunkan dari generasi ke generasi dalam pola pewarisan yang disebut autosomal resesif.
Dalam artian, ibu dan ayah harus mewariskan varian gen yang sama agar seorang anak dapat terpengaruh.
Selain itu, bayi prematur juga dapat mengalami intoleransi laktosa karena tingkat laktase yang tidak mencukupi.
Baca juga: Tanda-tanda Alergi Susu Sapi, Apa Saja?
Dilansir dari ClevelandClinic, jika seseorang ingin bisa mencerna laktosa, dibutuhkan enzim laktase di dalam susu.
Caranya, seseorang dapat mengonsumsi suplemen laktase dalam bentuk tablet atau tetes sebelum minum susu.
Para peneliti juga bereksperimen dengan bakteri asam laktat sebagai solusi yang mungkin untuk mengatasi gejala intoleransi laktosa.
Bakteri asam laktat adalah bakteri yang dapat mengubah laktosa menjadi asam laktat, bukan gas.
Biasanya, bakteri asam laktat dapat ditemui di sejumlah makanan fermentasi karena sifatnya bisa mengawetkan.
Baca juga: 7 Susu Bebas Laktosa, Cocok bagi Penderita Intoleransi Laktosa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.