KOMPAS.com - Sejumlah orang dapat mengalami kondisi intoleransi laktosa yang kemudian membuatnya sebaiknya menghindari mengonsumsi susu.
Hal tersebut dikarenakan tubuh tidak bisa mencerna dengan baik laktosa atau gula yang terkandung secara alami di dalam susu.
Laktosa yang tidak bisa dicerna dengan baik ini dikarenakan usus kecil memproduksi terlalu sedikit enzim laktase.
Adapun enzim laktase tersebut berguna untuk memecah laktosa yang ada di susu menjadi dua jenis gula sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa.
Nantinya, kedua gula tersebut akan diserap ke dalam aliran darah melalui lapisan susu.
Baca juga: Ketahui, Ini Bahaya yang Mengintai Saat Minum Susu Mentah
Baca juga: Bolehkah Susu Diminum Saat Perut Masih Kosong?
Dikutip dari MayoClinic, biasanya susu yang mengandung laktosa adalah susu sapi, susu kambing, atau ASI.
Seseorang mungkin memiliki kadar enzim laktase yang rendah namun masih dapat mencerna laktosa.
Sementara orang lain bisa memiliki laktase terlalu rendah yang membuatnya sama sekali tidak toleran terhadap laktosa.
Baca juga: Bolehkah Susu Diminum Saat Perut Masih Kosong?
Tanda atau gejala seseorang menderita intoleransi laktosa biasanya dimulai 30 menit hingga dua jam setelah mengonsumsi susu yang mengandung laktosa atau produk turunannya.
Berikut gejala intoleransi laktosa:
Gejala-gejala muncul tersebut sebagai akibat dari interaksi antara laktosa yang tidak bisa dicerna dengan bakteri di dalam usus besar.
Baca juga: Amankah Mengonsumsi Susu yang Dicampur dengan Madu?
Terdapat tiga jenis intoleransi laktosa berdasarkan dengan defisiensi laktase yang mendasarinya, antara lain:
Jenis intoleransi laktosa ini adalah yang paling umum terjadi karena pola makan yang berubah dari bayi hingga seseorang menjadi dewasa.
Diketahui, susu mendapatkan seluruh nutrisinya dari susu ibu yang memiliki laktosa sehingga membutuhkan enzim laktase.
Kemudian, seiring bertambahnya umur hingga anak-anak, susu akan tergantikan dengan makanan lain yang membuat produksi laktase menurun.
Biasanya, produksi laktase akan tetap terhitung tinggi untuk mencerna jumlah susu dalam pola makan orang dewasa.
Namun pada kasus lain, produksi laktase menurun dengan drastis pada usia dewasa sehingga susu berlaktosa sulit dicerna.
Bentuk intoleransi laktosa ini terjadi dikarenakan seseorang sakit, cedera, atau operasi yang melibatkan usus kecil.
Hal itu kemudian membuat usus kecil tidak bisa memproduksi enzim laktase yang normal.
Penyakit yang berhubungan dengan intoleransi laktosa sekunder termasuk infeksi usus, penyakit celiac, pertumbuhan bakteri berlebih, dan penyakit Crohn.
Meski jarang, gangguan intoleransi laktosa bisa dibawa oleh bayi yang baru lahir karena defisiensi laktase.
Gangguan ini bisa diturunkan dari generasi ke generasi dalam pola pewarisan yang disebut autosomal resesif.
Dalam artian, ibu dan ayah harus mewariskan varian gen yang sama agar seorang anak dapat terpengaruh.
Selain itu, bayi prematur juga dapat mengalami intoleransi laktosa karena tingkat laktase yang tidak mencukupi.
Baca juga: Tanda-tanda Alergi Susu Sapi, Apa Saja?
Caranya, seseorang dapat mengonsumsi suplemen laktase dalam bentuk tablet atau tetes sebelum minum susu.
Para peneliti juga bereksperimen dengan bakteri asam laktat sebagai solusi yang mungkin untuk mengatasi gejala intoleransi laktosa.
Bakteri asam laktat adalah bakteri yang dapat mengubah laktosa menjadi asam laktat, bukan gas.
Biasanya, bakteri asam laktat dapat ditemui di sejumlah makanan fermentasi karena sifatnya bisa mengawetkan.
Baca juga: 7 Susu Bebas Laktosa, Cocok bagi Penderita Intoleransi Laktosa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.