Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Kompas.com - 15/05/2024, 19:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kawah Batagaika atau lebih dikenal sebagai "gerbang menuju dunia bawah" di Siberia, Rusia, kian melebar seiring mencairnya tanah beku di kawasan ini.

Penelitian baru dalam jurnal Geomorphology menunjukkan, kawah yang kerap ditulis dengan nama Batagay ini telah berkembang hingga 1 juta meter kubik setiap tahun sejak 2014.

Pada 1960-an, kawah dengan bentuk menyerupai kecebong tersebut tidak lebih dari sebuah selokan sederhana.

Namun, dilansir dari IFL Science, Sabtu (11/5/2024), retakan terus terkoyak dengan kecepatan yang mengkhawatirkan selama beberapa dekade terakhir.

Melebarnya kawah seiring dengan peningkatan suhu yang telah mencairkan lapisan es di wilayah tersebut.

Lantaran lokasi yang sangat terpencil, Batagaika awalnya tidak terdeteksi selama bertahun-tahun. Keberadaannya baru dikenali melalui citra satelit pada 1991.

Kala itu, pemanasan suhu yang kian meningkat menyebabkan permafrost (lapisan tanah beku) yang menyatukan daratan mencair.

Tanah tersebut kemudian mengendur dan roboh hingga menyebabkan banjir puing menyebar ke bawah.

Dengan semakin banyaknya tanah beku yang terkena panas, ukuran tanah yang merosot pun semakin besar, sehingga melahirkan kawah seperti saat ini.

Baca juga: Studi: Pemanasan Global Sebabkan Badai Jadi Lebih Kuat


Ukuran Kawah Batagaika terus berkembang 

Para peneliti di Lomonosov Moscow State University dan Melnikov Permafrost Institute, Rusia, bersama rekan-rekan dari jerman menemukan, keruntuhan telah menggerakkan sekitar 35 juta meter kubik tanah sejak 1990-an.

Sekitar dua pertiga materialnya adalah es tanah, sedangkan sepertiga sisanya merupakan sedimen permafrost.

Tidak hanya itu, ukuran kawah juga terus bertambah setiap tahunnya. Para peneliti mencatat, Kawah Batagaika memiliki lebar 790 meter pada 2014.

Kendati demikian, cekungan tersebut semakin meluas hingga menjadi 890 meter pada 2019, serta bertambah menjadi 990 meter pada 2023.

"Fitur pencairan permafrost yang cepat tersebar luas dan diamati meningkat di daerah permafrost yang kaya es di Arktik dan Subarktik,” tulis tim peneliti dalam penelitiannya.

Dikutip dari Live Science, Senin (6/5/2024), para peneliti sebenarnya sudah mengetahui bahwa Kawah Batagaika terus bertambah.

Namun, ini adalah pertama kalinya mereka menghitung volume lelehan yang keluar dari kawah.

Para peneliti melakukannya dengan memeriksa citra satelit, pengukuran lapangan, serta data dari pengujian laboratorium terhadap sampel dari Batagaika.

Hasilnya, wilayah es dan sedimen dengan ukuran lebih dari empat belas Piramida Agung Giza di Mesir telah mencair setelah keruntuhan besar tersebut.

Laju pencairan sendiri relatif stabil selama dekade terakhir, sebagian besar terjadi di sepanjang dinding kepala kawah di sisi barat, selatan, dan tenggara.

Baca juga: Pemanasan Global Disebut sebagai Pemicu Kebakaran Besar di California

Halaman:

Terkini Lainnya

Kapan Waktu Sarapan Terbaik dan Terburuk untuk Penderita Diabetes? Ini Kata Ahli

Kapan Waktu Sarapan Terbaik dan Terburuk untuk Penderita Diabetes? Ini Kata Ahli

Tren
Peneliti Temukan Bahan Legging Olahraga Bisa Picu Kanker, Apa Itu?

Peneliti Temukan Bahan Legging Olahraga Bisa Picu Kanker, Apa Itu?

Tren
Daftar 12 Instansi Pusat yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024

Daftar 12 Instansi Pusat yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Juni 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia | Kalori yang Terbakar Usai Jalan Kaki 30 Menit

[POPULER TREN] Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia | Kalori yang Terbakar Usai Jalan Kaki 30 Menit

Tren
Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Tren
Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Tren
Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Tren
Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Tren
Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Tren
Mengenal Robot Gaban 'Segede Gaban', Sebesar Apa Bentuknya?

Mengenal Robot Gaban "Segede Gaban", Sebesar Apa Bentuknya?

Tren
Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Tren
Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Tren
Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com