Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Kasus "Mycoplasma Pneumoniae" di Indonesia, Penyebaran, dan Keparahannya

Kompas.com - 07/12/2023, 09:30 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi mengumumkan adanya temuan kasus mycoplasma pneumoniae di Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan persebaran kasus mycoplasma pneumoniae yang ada di Indonesia.

“Saat ini ada 6 kasus mycoplasma pneumoniae yang ada di Indonesia. Lima pasien menjalani perawatan di Rumah Sakit Medistra, dan 1 pasien Jakarta Woman & Children’s Clinic (JWCC),” ujarnya dalam konferensi pers yang diadakan secara daring pada Rabu (6/12/2023).

Baca juga: Cegah Pneumonia Misterius dari China, Ini Peringatan Waspada Kemenkes

Sebagai informasi, Rumah Sakit Medistra dan JWCC sama-sama terletak di Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

Maxi menjelaskan jika semua pasien saat ini sudah dalam keadaan sembuh setelah menjalani perawatan.

“Semua pasien sudah sembuh, baik yang pernah melakukan rawat inap, maupun rawat jalan,” kata dia.

Baca juga: Apa Bedanya Pneumonia dengan Covid-19 yang Disebabkan Virus Corona?

Baca juga: Mengenal Penyakit Pneumonia dan Faktor Risikonya...

Lebih lanjut, usia pasien termuda yang terinfeksi adalah 3 tahun, sedangkan yang paling tua berusia 12 tahun.

Selain itu, ia mengatakan jika gejala yang dialami semua pasien hampir sama.

"Gejalanya yaitu batuk, sakit kepala, hingga sesak napas,” katanya.

Pihaknya mengaku akan tetap mengawal kasus ini dan akan tetap melakukan penelusuran terhadap persebaran kasus mycoplasma pneumoniae.

Baca juga: Mycoplasma Pneumonia Menyebar di China, Bisakah Jadi Pandemi Baru?

Keparahan mycoplasma pneumoniae

Dalam kesempatan yang sama, dokter Spesialis Anak RSCM Nastiti Kaswandani meminta masyarakat agar tidak panik. Pasalnya keparahan mycoplasma pneumoniae jauh lebih rendah daripada infeksi lainnya, seperti influenza dan Covid-19.

Angka kematian akibat mycoplasma pneumoniae hanya 0,5 hingga 2 persen saja.

“Penyakit ini tidak lebih berbahaya daripada penyakit infeksi lainnya. Bahkan pasien bisa dirawat jalan dan hanya minum obat saja jika kondisi tubuhnya bagus,” katanya.

Baca juga: Mengenal Mycoplasma, Bakteri yang Disebut Jadi Penyebab Kasus Pneumonia Misterius di China

Nastiti mengatakan, penyembuhan akibat mycoplasma pneumoniae tidak memerlukan banyak konsumsi antibiotik agar cepat pulih.

Rata-rata, pasien yang menjalani rawat inap merupakan pasien dengan komorbiditas dari penyakit lainnya.

“Masyarakat tidak perlu panik. Untuk mencegahnya, bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, menggunakan masker, dan melakukan imunisasi bagi anak,” ucapnya.

Ia juga berpesan apabila timbul gejala dari mycoplasma pneumoniae bisa dilaporkan ke Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes.

Baca juga: Saat AS dan Inggris Susul China Laporkan Pneumonia Misterius...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Pendaftaran Akun PPDB DKI Jakarta 2024 Dibuka, Klik Sidanira.jakarta.go.id

Pendaftaran Akun PPDB DKI Jakarta 2024 Dibuka, Klik Sidanira.jakarta.go.id

Tren
13 Manfaat Daun Kelor, Ampuh Kontrol Gula Darah dan Atasi Kolesterol

13 Manfaat Daun Kelor, Ampuh Kontrol Gula Darah dan Atasi Kolesterol

Tren
Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Tren
Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Tren
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Tren
ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

Tren
Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Tren
Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Catat, Ini 4 Suplemen yang Bisa Sebabkan Kepala Pusing

Tren
Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Cerita Ed Dwight, Butuh 60 Tahun Sebelum Wujudkan Mimpi Terbang ke Luar Angkasa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com