Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Bedanya Pneumonia dengan Covid-19 yang Disebabkan Virus Corona?

Kompas.com - 16/03/2020, 15:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak dikonfirmasi untuk pertama kalinya pada 2 Maret 2020, Indonesia telah melaporkan 117 kasus virus corona hingga Minggu (15/3/2020) dengan lima kematian dan delapan pasien dinyatakan sembuh.

Tak hanya itu, ada sejumlah orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) yang ternyata dikonfirmasi sebagai kasus pneumonia, seperti yang terjadi di sejumlah daerah.

Lantas, apa bedanya pneumonia dengan Covid-19 karena virus corona? Berikut penjelasannya. 

Pneumonia

Melansir The Guardian, pneumonia merupakan peradangan jaringan paru-paru dan biasanya disebabkan oleh bakteri.

Peradangan itu mengakibatkan kantung udara di ujung pernapasan di paru-paru terisi oleh cairan.

Pneumonia berisiko pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh atau imunitas rendah, baik disebabkan oleh usia maupun penyakit.

Bayi, orang tua, perokok, dan peminum berat dinilai memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi pneumonia. 

Baca juga: Bagaimana Media Sosial Pengaruhi Persepsi Publik terhadap Virus Corona?

Gejala pneumonia

Gejala pneumonia biasanya mirip dengan influenza sehingga penderita akan mengalami demam, berkeringat, menggigil, batuk, dan kehilangan nafsu makan.

Termasuk gejala serius adalah bernapas cepat, merasa sakit di sisi dada, dan menjadi terasa lebih buruk ketika mengambil napas dalam-dalam.

Dalam kasus pneumonia ringan, butuh waktu beberapa hari atau satu minggu untuk kembali sehat.

Namun, dalam kasus yang parah bisa memakan waktu sampai enam bulan, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Pada seseorang dengan kesehatan yang buruk atau dengan sistem kekebalan yang lemah, pneumonia yang tidak diobati dapat menyebabkan kadar oksigen turun sehingga jaringan tubuh akan berpengaruh.

Covid-19

Berbeda dari pneumonia, Covid-19 muncul akibat virus corona yang bernama SARS-CoV-2 yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Sebagai catatan, virus ini juga dapat menyebabkan pneumonia. Mereka yang terinfeksi dilaporkan menderita batuk, demam, dan kesulitan bernapas.

Pada kasus serius bahkan bisa terjadi kegagalan organ. Banyak di antara pasien Covid-19 yang meninggal karena sudah memiliki kondisi kesehatan yang buruk.

Proses pemulihan Covid-19 tergantung pada kekuatan sistem kekebalan tubuh masing-masing individu.

Baca juga: Mengenal Pulau Galang, Kamp Pengungsian yang Akan Jadi Lokasi Observasi Penyakit Infeksi Menular

Pada Januari lalu, Komisi Kesehatan China telah mengonfirmasi adanya penularan antar-manusia karena virus corona. Kini, virus tersebut telah menyebar hampir di seluruh dunia.

Gaya hidup sehat, memakai masker saat sedang sakit, sering mencuci tangan, dan menghindari kerumunan saat ini menjadi cara terbaik untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com