Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Fujisan Hongu Sengen Taisha Sang Pemilik Puncak Gunung Fuji Jepang

Kompas.com - 22/05/2023, 18:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Setelah dia menaklukkan musuhnya, dia pun mengabadikan Asama no Ohkami di Yamamiya, sekitar enam kilometer sebelah utara kuil saat ini.

Selanjutnya, kaisar kelima puluh satu, Heizei, memerintahkan jenderalnya, Sakanoue no Tamuramaro untuk membangun sebuah kuil agung baru di lokasi saat ini untuk menggantikan yang ada di Yamamiya.

Sejak saat itu, selama lebih dari 1.100 tahun, Fujisan Hongu Sengen Taisha telah menjadi kuil utama bagi lebih dari 1.300 kuil Asama dan Sengen di seluruh Jepang.

Baca juga: Siapa Shunsaku Sagami yang Sukses Jadi Triliuner Terbaru Jepang di Usia 32 Tahun?

Orang penting turut terlibat pembangunan

Sejak zaman kuno, Fujisan Hongu Sengen Taisha sudah sangat dihormati oleh Kekaisaran, bahkan dinobatkan sebagai salah satu kuil paling terkemuka.

Masih dari sumber yang sama, pengadilan mengirim utusan Kekaisaran dan memberikan persembahan serta tanah kepada kuil.

Pada zaman samurai, pendiri sekaligus shogun alias jenderal pertama Keshogunan Kamakura, Minamoto no Yoritomo, mendedikasikan lebih banyak lahan untuk kuil.

Sementara itu, Toyotomi Hideyoshi sang pemersatu Jepang turut meningkatkan kepemilikan tanahnya di sekitar kuil.

Hingga pada tahun kesembilan periode Keicho, tepatnya 1604, memperingati penaklukan Jepang dan pengangkatannya sebagai shogun oleh kaisar, Tokugawa Ieyasu membangun kuil bagian dalam, kuil bagian luar, dan gerbang menara, serta bangunan lain.

Tokugawa Ieyasu juga menyumbangkan wilayah miliknya di Gunung Fuji, mulai dari tingkat kedelapan hingga puncak untuk kuil pada tahun kesebelas periode Keicho atau 1606.

Sejak saat itu, keluarga Tokugawa menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap Kuil Fujisan Hongu Sengen Taisha.

Baca juga: Menilik Kehidupan di Aogashima, Sebuah Desa di Kawah Gunung Berapi Aktif Jepang

Pemilik puncak, tetapi belum terdaftar

Sumbangan Tokugawa Ieyasu membuat Fujisan Hongu Sengen Taisha memiliki puncak Gunung Fuji.

Namun, seperti dilansir Japan Today, kondisi ini berubah selama periode Meiji, saat pemerintah mengambil alih tanah dan menjadikannya sebagai milik publik.

Kondisi itu berlangsung hingga 1949, saat penetapan konstitusi baru Jepang yang mengatakan pengembalian semua tanah yang telah diambil oleh pemerintah Meiji kepada kuil, kecuali Gunung Fuji.

Hal ini mendorong Fujisan Hongu Sengen Taisha mengajukan gugatan dan dengan bersikeras mengatakan bahwa tanah adalah tempat spiritual yang penting bagi kuil.

Meski memenangkan gugatan pada 1974, puncak Gunung Fuji tidak benar-benar dikembalikan hingga 2004.

Fujisan Hongu Sengen Taisha juga masih belum bisa mendaftarkan sebagai pemilik puncak Fuji lantaran posisinya yang berada di perbatasan Prefektur Shizuoka dan Yamanashi.

Belum lagi, tanah puncak yang tidak rata menjadikan batas antara kedua wilayah tersebut tidak terlihat jelas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com