Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Fujisan Hongu Sengen Taisha Sang Pemilik Puncak Gunung Fuji Jepang

KOMPAS.com - Puncak Gunung Fuji, gunung tertinggi di Jepang, tercatat merupakan tanah pribadi milik Fujisan Hongu Sengen Taisha.

Kepemilikan Fujisan Hongu Sengen Taisha atas puncak Gunung Fuji terhitung mulai dari tingkat kedelapan atau dari 3.360-3.776 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Dikutip dari Kompas.com (22/5/2023), kepemilikan ini sempat menuai konflik pada zaman Meiji, tepatnya 1871, saat pemerintah ingin mengambil alih puncak Fuji.

Namun, kuil agama Shinto ini berhasil memperjuangkan puncak ikon Jepang tersebut ke pengadilan hingga sah mendapatkan kembali kepemilikan terhadap puncak Fuji pada 2004.

Lantas, seperti apa profil Fujisan Hongu Sengen Taisha yang memiliki puncak Gunung Fuji?

Mengenal Fujisan Hongu Sengen Taisha

Fujisan Hongu Sengen Taisha adalah kuil Shinto yang terletak di Kota Fujinomiya, Prefektur Shizuoka, Jepang.

Bangunan ini merupakan kuil utama dari sekitar 1.300 kuil Asama atau Sengen di Negeri Sakura.

Berlokasi di pusat Kota Fujinomiya, kuil ini memiliki seluruh puncak Gunung Fuji yang dianggap sebagai bagian dari pekarangan kuil.

Merupakan kuil agung, pembangunan Fujisan Hongu Sengen Taisha mengandung sejarah panjang.

Dilansir dari laman resmi fuji-hongu.or.jp, pada masa kaisar ketujuh, Kohrei, sekitar 290-215 SM, letusan Gunung Fuji membuat penduduk panik dan berlarian ke daerah lain.

Akibatnya, seluruh tanah pun terbengkalai selama bertahun-tahun.

Hingga pada masa kaisar kesebelas, Suijin, yang memerintah pada 97-30 SM, mulai mengabadikan Dewa Asama no Ohkami di kaki gunung untuk meredakan amarahnya.

Pengabadian dewa inilah yang menjadi asal usul pembangunan kuil Fujisan Hongu Sengen Taisha.

Selama masa pemerintahan kaisar kedua belas, Keikoh (71–130 M), putranya yang bernama Yamato Takeru no Mikoto, menaklukan wilayah timur Jepang.

Dia berhasil lolos dari kebakaran yang disebabkan musuh di Suruga dengan berdoa kepada Fuji Asama no Ohkami.

Setelah dia menaklukkan musuhnya, dia pun mengabadikan Asama no Ohkami di Yamamiya, sekitar enam kilometer sebelah utara kuil saat ini.

Selanjutnya, kaisar kelima puluh satu, Heizei, memerintahkan jenderalnya, Sakanoue no Tamuramaro untuk membangun sebuah kuil agung baru di lokasi saat ini untuk menggantikan yang ada di Yamamiya.

Sejak saat itu, selama lebih dari 1.100 tahun, Fujisan Hongu Sengen Taisha telah menjadi kuil utama bagi lebih dari 1.300 kuil Asama dan Sengen di seluruh Jepang.

Sejak zaman kuno, Fujisan Hongu Sengen Taisha sudah sangat dihormati oleh Kekaisaran, bahkan dinobatkan sebagai salah satu kuil paling terkemuka.

Masih dari sumber yang sama, pengadilan mengirim utusan Kekaisaran dan memberikan persembahan serta tanah kepada kuil.

Pada zaman samurai, pendiri sekaligus shogun alias jenderal pertama Keshogunan Kamakura, Minamoto no Yoritomo, mendedikasikan lebih banyak lahan untuk kuil.

Sementara itu, Toyotomi Hideyoshi sang pemersatu Jepang turut meningkatkan kepemilikan tanahnya di sekitar kuil.

Hingga pada tahun kesembilan periode Keicho, tepatnya 1604, memperingati penaklukan Jepang dan pengangkatannya sebagai shogun oleh kaisar, Tokugawa Ieyasu membangun kuil bagian dalam, kuil bagian luar, dan gerbang menara, serta bangunan lain.

Tokugawa Ieyasu juga menyumbangkan wilayah miliknya di Gunung Fuji, mulai dari tingkat kedelapan hingga puncak untuk kuil pada tahun kesebelas periode Keicho atau 1606.

Sejak saat itu, keluarga Tokugawa menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap Kuil Fujisan Hongu Sengen Taisha.

Pemilik puncak, tetapi belum terdaftar

Sumbangan Tokugawa Ieyasu membuat Fujisan Hongu Sengen Taisha memiliki puncak Gunung Fuji.

Namun, seperti dilansir Japan Today, kondisi ini berubah selama periode Meiji, saat pemerintah mengambil alih tanah dan menjadikannya sebagai milik publik.

Kondisi itu berlangsung hingga 1949, saat penetapan konstitusi baru Jepang yang mengatakan pengembalian semua tanah yang telah diambil oleh pemerintah Meiji kepada kuil, kecuali Gunung Fuji.

Hal ini mendorong Fujisan Hongu Sengen Taisha mengajukan gugatan dan dengan bersikeras mengatakan bahwa tanah adalah tempat spiritual yang penting bagi kuil.

Meski memenangkan gugatan pada 1974, puncak Gunung Fuji tidak benar-benar dikembalikan hingga 2004.

Fujisan Hongu Sengen Taisha juga masih belum bisa mendaftarkan sebagai pemilik puncak Fuji lantaran posisinya yang berada di perbatasan Prefektur Shizuoka dan Yamanashi.

Belum lagi, tanah puncak yang tidak rata menjadikan batas antara kedua wilayah tersebut tidak terlihat jelas.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/22/181500665/mengenal-fujisan-hongu-sengen-taisha-sang-pemilik-puncak-gunung-fuji-jepang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke