Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Makan Tempe Disebut Bisa Memicu Kanker Serviks, Benarkah?

Kompas.com - 16/05/2023, 08:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Tidak benar tempe menyebabkan kanker

Dikutip dari Cek Fakta Kompas.com, Dokter Pendamping Pasien Kanker RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat, Maria Shanty membantah narasi bahwa tempe dapat menyebabkan kanker.

"Klaim penderita kanker dilarang makan tempe karena tempe disebut sebagai pemicu kanker adalah tidak tepat. Karena tidak semua tempe dapat dikatakan sebagai pemicu kanker," kata Maria. 

Menurutnya, makanan yang berbahaya bagi penderita kanker yakni makanan transgenik.

Oleh karena itu, selama mengonsumsi tempe atau tahu dengan kandungan kedelai lokal atau impor yang bukan transgenik, maka akan tetap aman.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Tidak Benar Tempe Dapat Memicu Kanker

 

Menurut penelitian tahun 2013, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas McGill Montreal, sejauh ini, penyebab kanker masih belum dapat diketahui.

Kendati demikian, agen-agen pemicu yang diketahui, seperti alkohol, virus papiloma, atau abses perlu dihindari.

Banyak produk makanan yang mengandung zat-zat yang dapat mendukung perkembangan kanker, misalnya makanan kaleng dan makanan ringan.

Selain itu, makanan yang diawetkan rentan memiliki zat karsinogenik.

Contoh lainnya, senyawa bisphenol A dalam lapisan plastik atau kaleng logam, benzopyrenes dalam barbekyu, nitrit dalam daging, gas karbon dioksida dalam soda, dan sakarin dalam makanan diet.

Molekul-molekul itu bisa jadi tidak berasal dari produk olahan.

Tidak ada bukti produk pangan modifikasi genetik sebabkan kanker

Selain itu, Cancer Research Inggris menyebutkan, tidak ada bukti memakan produk pangan dari modifikasi genetik menyebabkan kanker pada manusia.

Sebagian besar pasokan kedelai Indonesia memang berasal dari impor.

Dilansir Kompas.com, Senin (19/9/2022), data dalam rapat Komisi IV DPR pada Maret 2022, memproyeksikan produksi kedelai dalam negeri hanya 200.315 ton. Sementara, kebutuhan kedelai dalam negeri diperkirakan mencapai 2.983.511 ton pada tahun 2022.

Artinya, produksi kedelai dalam negeri hanya sekitar 6,8 persen dari kebutuhan nasional.

Topik mengenai apakah GMO berbahaya atau tidak bagi kesehatan masih menjadi pro dan kontra. Namun, belum ada data atau penelitian yang cukup untuk membuktikan bahwa produk GMO berbahaya bagi kesehatan manusia.

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Minggu (1/8/2022), setiap produk GMO yang dikonsumsi warga Indonesia sudah dipastikan aman konsumsi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Produk makanan menggunakan GMO diawasi ketat, mulai proses produksi, penyimpanan, pendistribusian, hingga penjualannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jepang Sengaja Tutupi Pemandangan Gunung Fuji dengan Kain, Apa Alasannya?

Jepang Sengaja Tutupi Pemandangan Gunung Fuji dengan Kain, Apa Alasannya?

Tren
Cara Ikut Hari Sejuta Kiblat Kemenag Sore Ini, Ada Hadiah Rp 20 Juta

Cara Ikut Hari Sejuta Kiblat Kemenag Sore Ini, Ada Hadiah Rp 20 Juta

Tren
Perubahan Iklim Disebut Jadi Penyebab Qatar Airways Alami Turbulensi Hebat

Perubahan Iklim Disebut Jadi Penyebab Qatar Airways Alami Turbulensi Hebat

Tren
5 Poin Pidato Megawati di Rakernas PDI-P, Kritik Pemilu dan Peluang Puan Jadi Ketum PDI-P

5 Poin Pidato Megawati di Rakernas PDI-P, Kritik Pemilu dan Peluang Puan Jadi Ketum PDI-P

Tren
Mengaku Tidak Bunuh Vina, Pegi Tetap Terancam Hukuman Mati

Mengaku Tidak Bunuh Vina, Pegi Tetap Terancam Hukuman Mati

Tren
Kronologi Penangkapan DPO Caleg PKS di Aceh Tamiang, Diamankan Saat Belanja Pakaian

Kronologi Penangkapan DPO Caleg PKS di Aceh Tamiang, Diamankan Saat Belanja Pakaian

Tren
Cara Meluruskan Arah Kiblat Saat Matahari di Atas Kabah Hari Ini

Cara Meluruskan Arah Kiblat Saat Matahari di Atas Kabah Hari Ini

Tren
18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

18 Tahun Silam Yogyakarta Diguncang Gempa M 5,9, Ribuan Orang Meninggal Dunia

Tren
Apa yang Terjadi jika Tidak Membayar Denda Tilang Elektronik?

Apa yang Terjadi jika Tidak Membayar Denda Tilang Elektronik?

Tren
4 Pilihan Ikan Tinggi Seng, Bantu Cegah Infeksi Penyakit

4 Pilihan Ikan Tinggi Seng, Bantu Cegah Infeksi Penyakit

Tren
5 Update Pembunuhan Vina: Pegi Bantah Jadi Pelaku dan Respons Keluarga

5 Update Pembunuhan Vina: Pegi Bantah Jadi Pelaku dan Respons Keluarga

Tren
Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta untuk Hitung Uang Pesangon Pensiunan

Batas Usia Pensiun Karyawan Swasta untuk Hitung Uang Pesangon Pensiunan

Tren
Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tren
Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Air Rendaman dan Rebusan untuk Menurunkan Berat Badan, Cocok Diminum Saat Cuaca Panas

Tren
Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Ini Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 27-28 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com