Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004

Kompas.com - 26/12/2022, 08:06 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Gempa berkekuatan besar yang terjadi ini merupakan akibat dari interaksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Dilansir dari Kompas.com (26/12/2018), pergeseran batuan secara tiba-tiba yang memicu gempa disertai pelentingan batuan, terjadi di bawah pulau dan dasar laut.

Dasar samudera yang naik di atas palung Sunda kemudian mengubah dan menaikkan permukaan air laut di atasnya.

Akibatnya, permukaan datar air laut ke arah pantai barat Sumatera ikut terpengaruh, yakni berupa penurunan muka air laut.

Proses ini akan menggoyang air laut hingga menimbulkan gelombang laut yang disebut tsunami. Ukuran gelombang bisa hanya beberapa puluh sentimeter hingga puluhan meter.

Baca juga: Peringatan 18 Tahun Tsunami Aceh Dipusatkan di Kuburan Massal Siron

Evakuasi dan pemulihan

Peristiwa 26 Desember 2004 silam menjadi gempa terdahsyat di abad ke-21. Setelah bencana terjadi, beberapa negara mengerahkan bantuannya menuju Aceh.

Kapal induk Amerika Serikat USS Abraham Lincoln turut membantu evakuasi korban dan penyaluran bahan bantuan.

Selain itu, masyarakat internasional juga memberikan bantuan untuk kawasan bencana tsunami senilai 2 miliar dollar AS.

Dari pihak Indonesia sendiri, mulai memberikan bantuan berupa dana dan barang kebutuhan darurat, seperti makanan, tenda, air minum, selimut, obat-obatan, tenaga medis, dan pencarian korban.

Dengan banyaknya bantuan dan perhatian pada wilayah terdampak bencana, Aceh perlahan kembali tertata.

Bukan hanya secara infrastruktur dan bangunan, tetapi perekonomian sekaligus psikologis masyarakatnya.

Pada 2009 silam, berdiri sebuah museum di Kota Banda Aceh dengan nama Museum Tsunami Aceh untuk mengenang peristiwa pilu ini.

Dirancang oleh Ridwan Kamil sekalu arsitek, museum menyajikan diorama yang menggambarkan peristiwa besera daftar nama korban.

Kini, Museum Tsunami Aceh bukan hanya menjadi situs mengenang keganasan gempa dan 18 tahun tsunami Aceh, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran dan pendidikan kebencanaan bagi masyarakat.

(Sumber: Kompas.com/Luthfia Ayu Azanella, Nur Rohmi Aida, Aswab Nanda Pratama | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Bayu Galih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com