Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Content Creator di Era Metaverse

Kompas.com - 07/03/2022, 11:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Para public figure pun mulai melirik dunia NFT. Mereka adalah penyanyi dan pencipta lagu Anang Hermansyah dengan proyek Asix Token, yang beberapa waktu lalu dilarang diperjualbelikan.

Ada pula penyanyi Syahrini yang menjual Syahrini’s Metaverse Tour yang langsung ludes setelah dirilis. Karyanya dijual seharga 20 BUSD atau sekitar 19,99 dollar AS.

Tak ketinggalan pengamat politik Denny JA, yang berhasil menjual karya NFT pada April 2021. Karya tersebut adalah sebuah lukisan dirinya yang mampu terjual seharga 27,5 WETH atau sekitar Rp 1 miliar.

Ada pula komposer Ananda Sukarlan yang menjual dua karya piano sebagai NFT dan mampu terjual senilai Rp 1 miliar (CNBC, 2022).

Lalu bagaimana selanjutnya kehidupan para kreator konten kini dan nanti? Bisa jadi konten apapun bentuknya saat ini mampu diterjemahkan dalam bentuk konset asset di masa datang.

Dengan NFT, karya seni dapat ‘ditoken’ untuk membuat sertifikat kepemilikan digital yang dapat dibeli dan dijual.

Meski file digital dapat terus diduplikasi, disalin dan dibagikan berkali-kali, namun dalam banyak kasus, artis mempertahankan kepemilikan hak cipta atas karyanya sehingga mereka dapat terus memproduksi.

Hal ini juga kontradiktif sebab pembeli NFT yang memiliki token juga mampu membuktikan bahwa merek memiliki karya asli di metaverse.

Fenomena berkegiatan di dunia metaverse yang berbeda dengan dunia nyata, kemudian menjadi sebuah tren dan akhirnya menjadi kenormalan bagi masyarakat sangat menarik ketika dikaitkan dengan Teori Identitas Sosial karya Henri Tajfel, seorang psikolog masalah sosial.

Dalam teori ini dikatakan bahwa perasaan seseorang tentang siapa mereka didasarkan pada keanggotaan kelompok mereka.

Dunia bagi manusia hanya terbagi atas dua, yaitu “mereka” dan “kami.” Pembagian ini didasarkan pada proses kategori sosial, di mana masing-masing orang menempatkan dirinya dalam kelompok sosial berdasarkan persamaan yang dimiliki dengan orang lain atau sebaliknya, berdasarkan perbedaannya dengan orang lain.

Ada tiga tahap dalam teori ini, yakni Social Categorization, Social Identification dan Social Comparison.

Dalam tahap Social Categorization, manusia akan mengelompokkan hal-hal yang mereka lihat dan pahami. Hal ini berlaku untuk hal-hal baru seperti dunia virtual layaknya metaverse ini.

Selanjutnya dalam tahap Social Identification, hal-hal yang dipahaminya tadi kemudian diidentifikasikan dan dicari yang paling sesuai dengan pemikirannya.

Ketika seseorang telah memahami konsep NFT dan metaverse, dirinya kemudian akan mencari cara bagaimana bisa bergabung dan menjalani kehidupan secara virtual tadi.

Efeknya, dia akan mengadopsi pemikiran-pemikiran futuristik yang disampaikan oleh para inovator.

Di tahap Social Comparison, manusia biasanya akan membandingkan dirinya atau kelompoknya dengan kelompok lain.

Jika dianggap kelompok yang diikutinya lebih baik, hal ini akan menaikkan kepercayaan dirinya.

Di sinilah konsep kompetisi dan kekerasan mulai muncul karena dianggap tidak sekadar berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu, tetapi sebagai hasil untuk mempertahankan identitas mereka.

Bayangkan jika semua orang telah nyaman hidup dan berkegiatan di dunia virtual metaverse, akankah kehidupan nyata yang riil masih menjadi pilihan?

Ataukah justru manusia tak bisa membedakan kehidupan nyata dan kehidupan virtualnya? Hanya waktu yang dapat menjawab bagaimana manusia hidup dalam metaverse.

Diah Ayu Candraningrum, MBA., M.Si
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
Mahasiswa Program Doktoral Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rombongan Presiden Iran Ini Sempat Hidup Sejam Usai Helikopter Jatuh

Rombongan Presiden Iran Ini Sempat Hidup Sejam Usai Helikopter Jatuh

Tren
Mei Diklaim Bulan Terlama dan Bulan Saat Uang Habis-habisan, Apa Penyebabnya?

Mei Diklaim Bulan Terlama dan Bulan Saat Uang Habis-habisan, Apa Penyebabnya?

Tren
Pendaftaran Akun PPDB DKI Jakarta 2024 Dibuka, Klik Sidanira.jakarta.go.id

Pendaftaran Akun PPDB DKI Jakarta 2024 Dibuka, Klik Sidanira.jakarta.go.id

Tren
13 Manfaat Daun Kelor, Ampuh Kontrol Gula Darah dan Atasi Kolesterol

13 Manfaat Daun Kelor, Ampuh Kontrol Gula Darah dan Atasi Kolesterol

Tren
Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Tren
Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Tren
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Tren
ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

Tren
Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Tren
Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat Minum Madu Campur Lemon

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com