Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Content Creator di Era Metaverse

Kompas.com - 07/03/2022, 11:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meski ide ini sungguh cerdas, namun sebetulnya Zuckerberg bukanlah orang pertama yang mempopulerkan istilah ‘metaverse’ ke dunia internasional.

Adalah Neal Stephenson yang menciptakan istilah ini dalam novel karyanya tahun 1992 berjudul Snow Crash.

Dijelaskan di sana, istilah ‘metaverse’ merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar.

Dengan bahasa yang lebih sederhana, ‘metaverse’ adalah dunia komunitas virtual tanpa akhir yang saling terkoneksi.

Di sini, banyak orang dapat melakukan berbagai kegiatan dengan menggunakan teknologi pembantu seperti headset realitas virtual, kacamata augmented reality (AI), aplikasi ponsel pintar atau perangkat lainnya.

Lalu apa saja yang dapat dilakukan manusia ‘betulan’ di dalam metaverse? Mereka bisa pergi ke konser virtual, melakukan perjalanan online, membuat atau menikmati karya seni, bahkan mencoba pakaian digital untuk dibeli.

Menurut Zuckerberg, banyak pengalaman metaverse yang dapat dihadirkan di sekitar manusia untuk menciptakan kemampuan berteleportasi dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya.

Salah satu contoh, menghadirkan semua karyawan dalam bentuk hologram atau AI untuk bergabung dalam bersama dalam sebuah rapat virtual.

Tentu saja ini sebuah teknologi yang jauh lebih maju daripada sekadar melihat rekan kerja di kotak panggilan video seperti di aplikasi video conference yang banyak digunakan saat ini.

Dengan demand yang ada, perusahaan-perusahaan teknologi berusaha melakukan inovasi supaya bisa menghubungkan platform online mereka satu sama lain.

Facebook telah meluncurkan software meeting untuk perusahaan yang dikenal dengan Horizon Workrooms, lengkap dengan headset virtual reality-nya.

Perusahaan Microsoft dan pembuat chip Nvidia sudah siap dengan inovasi membangun dunia dan lingkungan virtual di metaverse.

Perusahaan video game di balik video game Fortnite yang populer, Epic Games, juga telah mengumpulkan dana dari investor untuk membangun metaverse-nya.

Pemain besar lainnya, yakni platform game Roblox, juga telah berencana membangun metaverse tempat orang berkumpul bersama dalam pengalaman 3D.

Tak ketinggalan, perusahaan berbagi konten internasional YouTube di awal Februari ini juga mengumumkan akan terjun ke dunia teknologi Web3 dengan menyiapkan fitur baru terkait non-fungible token (NFT).

Selain itu, YouTube juga ingin menciptakan bermain game dengan lebih banyak interaksi dengan suasana yang hidup melalui metaverse sehingga dapat menjadi sumber pendapatan bagi para kreator (Bisnis.com, 2022).

Bagaimana dengan pemain individu? Dunia metaverse yang amat sangat menjanjikan memang menarik. Namun karena masih amat baru, belum banyak yang bisa berpatisipasi di dalamnya.

Saat ini yang jauh lebih populer adalah non-fungible token (NFT), yakni token unik yang tidak dapat ditukar dengan token lainnya, namun menjadi asset virtual yang menjadi dasar pertumbuhan metaverse.

NFT jelas tak berwujud, namun tergolong sebagai aset digital berbentuk koleksi dalam game, video, gambar atau properti virtual lainnya.

Teknologi NFT adalah teknologi di mana individu memiliki kepemilikan sejati atas aset digital seperti gambar, audio, video di metaverse.

NFT memungkinkan individu untuk menjual, membeli dan mentransfer dalam metaverse atau melalui internet.

Lalu apa manfaatnya bagi masyarakat di dunia nyata? Tentu saja tidak ada. Namun berkat metaverse, tren pasar NFT akan naik tajam dan manusia bisa menggunakan apapun yang mereka beli di platform NFT.

Karena itu dapat dikatakan, segala sesuatu di metaverse atau dunia maya nantinya akan sangat tergantung pada NFT.

Meski demikian, saat ini telah banyak sosok public figure yang meluncurkan NFT-nya. Juga penjualan beberapa karya seni dengan harga menarik.

Pantas hal ini tidak hanya menarik bagi perusahaan teknologi melainkan juga pemain individu. Yang paling fenomenal adalah kisah pemuda bernama Ghozali, yang berhasil meraup Rp 1,7 miliar dari penjualan foto selfie-nya di NFT.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com