Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Respons Dunia terhadap Konflik Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel Berbeda?

Kompas.com - 05/03/2022, 15:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Jadi selama ribuan tahun bangsa Falistin ini mendiami wilayah Palestina. Namanya saja Palestina, dulunya Kan'an, kemudian berubah menjadi wilayah Palestina," katanya lagi.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 24 Oktober 1945

2. Hukum internasional yang dilanggar

Sejauh ini, Israel diketahui belum diakui sebagai negara oleh PBB.

Pasalnya, Israel tidak mau menaati Resolusi PBB 242 dan 338 yang mengharuskan mereka keluar dari wilayah pendudukan di Gaza, West Bank, dan dataran tinggi Golan.

"Jadi Israel ini tidak mentaati tentang negara di masa modern, tapi didukung amerika yg menawarkan konsep-konsep politik modern, seperti kedaulatan dan perbatasan," kata dia.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina, Menlu Pastikan Indonesia Dukung Perjuangan Palestina

 

Akan tetapi, dukungan negara superpower seperti Amerika Serikat membuat mereka merasa aman, meski terus mencaplok wilayah Palestina.

Sebab, semua konflik di dunia ini tergantung pada political will dari negara superpower. Jika negara itu membiarkan, maka konflik akan terus berjalan.

"Tidak ada ketaatan-ketaatan pada kesepakatan hukum dan hubungan internasional. Itu dilanggar semua. Jadi bagaimana mau menyelesaikannya?" tutur dia.

"Oke dengan perundingan. Perundingan juga ditengahi AS, syarat penengah itu kan harus netral, tapi dia pro Israel," sambungnya.

Baca juga: Mengapa Negara Arab Kini Banyak Diam dalam Konflik Israel-Palestina?

3. Minimnya dukungan Liga Arab

Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit (kiri) saat memberikan pernyataan ditemani Menteri Luar Negeri Kuwait Syekh Ahmed Nasser Al-Mohammed Al-Sabah (kanan), dalam pertemuan para menteri luar negeri anggota Liga Arab di Kuwait City, 30 Januari 2022.AFP/YASSER AL-ZAYYAT Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit (kiri) saat memberikan pernyataan ditemani Menteri Luar Negeri Kuwait Syekh Ahmed Nasser Al-Mohammed Al-Sabah (kanan), dalam pertemuan para menteri luar negeri anggota Liga Arab di Kuwait City, 30 Januari 2022.

Selain kedua hal di atas, dukungan dari Liga Arab dinilainya juga minim.

Terlebih masing-masing mempunyai kepentingan, sehingga membuat mereka terpecah.

Misalnya Mesir yang terobsesi dengan Jalur Gaza dan Sinai tetap menjadi miliknya.

"Yordania menghendaki West Bank miliknya. Jadi negara Arab yang tidak bersatu itu menyulitkan penyelesaian konflik," kata dia.

Baca juga: Menilik Akar Konflik Palestina-Israel

Selain kepentingan, Liga Arab sudah banyak menghadapi konflik internal yang terjadi di setiap anggotanya. Misalnya, Arab Saudi dengan Yaman dan Suriah yang menyelesaikan perang saudara berkepanjangan.

Sementara itu, Uni Emirat Arab dan Bahrain secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel belum lama ini.

"Liga Arab penuh masalah, tidak bisa kita harapkan menyelsaikan masalah Palestina ini," pungkas dia.

 

Baca juga: Menilik Perbandingan Iron Dome Israel dengan Roket Hamas

AFP/KOMPAS Perubahan Perbatasan Israel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com