Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Petani Madiun Untung Ratusan Juta, Apa Keistimewaan Tanaman Porang?

Kompas.com - 16/04/2021, 15:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan, tanaman porang ramai diperbincangkan setelah seorang petani asal Madiun sukses meraup untuk ratusan juta dari tanaman itu.

Tahun lalu, petani bernama Sujito ini sukses meraup Rp 700 juta dari bertanam porang di lahan seluas satu hektare.

Tak hanya itu, semasa tanam rupanya ia juga mendapatkan hasil pendapatan lainnya dari katak (buah porang yang bisa dijadikan bibit).

Total "katak" yang didapat sekitar 900 kilogram. "Katak" itu dijual Rp 300.000 perkilogramnya. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh dari hasil menjual "katak" sekitar Rp 270 juta.

Lantas, apa istimewanya tanaman porang?

Baca juga: 5 Fakta soal Tanaman Porang

Kandungan Glukomannan

Peneliti bidang botani fitokimia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Andria Agusta mengatakan, umbi tanaman ini memiliki kandungan glukomannan yang tinggi.

"Glukomannan merupakan salah satu jenis polisakarida yang memiliki banyak aplikasi sebagai food aditive, kosmetik dan lainnya," kata Andria saat dihubungi Kompas.com, Jumat (16/4/2021).

Di Indonesia ada tiga jenis tanaman porang, yaitu A. campanulatus, A. variabilis, dan A. oncophyllus.

Menurut Andria, kandungan glokomannan secara umum ada di tiga jenis tanaman porang itu. Hanya saja, ada perbedaan di persentase atau tingkat kandungannya.

Untuk bahan makanan, ia menyebut tanaman porang ini juga berfungsi sebagai dietary fiber atau serat makanan.

Hal itu sangat bagus bagi orang yang menjalani diet, karena akan memberikan sensasi kenyang lebih cepat.

"Untuk yang menjalani diet, cukup bagus karen sifat polisakarida nya akan mengembang bila kena air dan akan memberikan sensasi kenyang yg lebih cepat," jelas dia.

"Seperti kita ketahui jika makanan mengandung serat tinggi akan bagus untuk sistem pencernaan," sambungnya.

Di Jepang, tanaman makanan populer digunakan untuk bahan makanan Konyaku.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Porang, Kerabat Bunga Bangkai yang Memiliki Nilai Jual Tinggi

Menurunkan gula darah dan kolesterol

Studi pada 2001 menunjukkan, glukomanan memiliki manfaat untuk menurunkan faktor risiko diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, serta resistensi insulin.

Glukomanan dapat meningkatkan tingkat penyerapan nutrisi dalam usus kecil, sehingga sensitivitas insulin ikut meningkat, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 17 Juni 2020.

Hasil penelitian lain menunjukkan, konsumsi suplemen kaya akan serat seperti tanaman porang pada tikus dapat mencegah pembentukan plak di pembuluh darah karena penumpukan kolesterol.

Selain itu, kandungan glikemik objek penelitian bisa turun secara bertahap setelah rutin sarapan dengan biskuit glukomanan. Dampaknya, kadar gula darah lebih terkontrol.

Baca juga: Tanaman Porang Bikin Petani Madiun Untung Ratusan Juta, Beli Mobil dan Tanah (Bagian 1)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com