Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Ungkap Penemuan Air di Permukaan Bulan, Apa Artinya?

Kompas.com - 27/10/2020, 19:29 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Antariksa AS (NASA) mengungkap telah menemukan air di permukaan Bulan yang diterangi Matahari.

Melansir Fox News, Senin (26/10/2020), penemuan ini diumumkan oleh Paul Hayne, seorang ilmuwan Universitas Colorado.

Air terlihat di dekat kawah Clavius, salah satu formasi kawah besar di satelit tinggi yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan

Ilmuwan lain yang terlibat dalam penelitian lain, Casey Honniball mengatakan ada 100-400 bagian per satu juta air di sana, atau kira-kira setara dengan sebotol air 12 ons dalam satu meter kubik tanah Bulan.

"Kami memiliki indikasi H20, mungkin ada di sisi Bulan yang diterangi Matahari," ujar Paul Hertz, direktur divisi AstroFisika NASA.

"Sekarang kami tahu itu ada di sana. Penemuan ini menimbulkan pemahaman kita tentang permukaan Bulan dan menimbulkan pertanyaan menarik tentang sumber daya relevan untuk eksplorasi ruang angkasa lebih lanjut," imbuhnya.

Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2020 Berakhir dan Musim Penghujan di Indonesia Dimulai?

Spekulasi keberadaan air

Penelitian yang dipimpin Honniball ini menemukan keberadaan air langsung di permukaan Bulan, sementara penelitian Paul Hayne berspekulasi air mungkin terperangkap dalam skala spasial kecil di seluruh permukaan Bulan.

Para peneliti telah mengetahui keberadaan air di Bulan sejak beberapa tahun silam, setelah pada 1971 ditemukan uap air di Bulan.

Pada 2009, bukti pertama air beku di permukaan ditemukan.

Baca juga: Mencairnya Es di Greenland dan Risiko Banjir Tahunan...

Chief exploration scientist NASA Jaco Bleacher mengatakan penemuan ini menarik untuk eksplorasi manusia, tetapi ada implikasi yang lebih besar untuk itu.

"Memahami di mana letak air akan membantu kami menentukan ke mana harus mengirim astronot ke bulan," papar Bleacher.

Sebelumnya air diyakini berada di area yang tak menerima sinar matahari sehingga air ini berbahaya dan dingin untuk diakses astronot.

Namun, temuan baru ini mengungkapkan air jauh lebih mudah diakses dan kemungkinan dapat digunakan untuk minum, suplai bahan bakar dan penggunaan lainnya.

Baca juga: Pabrik Tahu Gunakan Sampah Plastik sebagai Bahan Bakar, Ini Rekomendasi IPEN

Bagaimana ilmuwan menemukan air di permukaan Bulan?

Temuan pertama keberadaan air di bulan berasal dari teleskop infra merah yang dikenal sebagai Sofia.

Observatorium ini, yang berada di pesawat Boeing 747 yang dimodifikasi, terbang di atas sebagian besar atmosfer Bumi, memberikan pemandangan Tata Surya yang sebagian besar tidak terhalang.

Ia mampu mengamati panjang gelombang inframerah yang mampu mendeteksi fenomena yang tidak mungkin dilihat dengan cahaya tampak.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Berjemur di Bawah Sinar Matahari

Pada 2018, sekelompok peneliti terpisah menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa air di bulan mungkin lebih mudah diakses daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Seorang ilmuwan planetologi dari Open University di Milton Keynes, Hannah Sargeant mengatakan, temuan ini bisa memperluas daftar lokasi dibangunnya pangkalan di Bulan.

Melansir BBC, Selasa (27/10/2020), akan ada beberapa misi ke daerah kutub Bulan dalam beberapa tahun mendatang.

Baca juga: Viral Percobaan Menggoreng Telur di Bawah Sinar Matahari, Ini Penjelasan Ahli LIPI

Tempat tinggal permanen

Namun dalam jangka panjang, ada rencana untuk membangun tempat tinggal permanen di permukaan bulan.

"Ini bisa berpengaruh. Ini memberi kami waktu untuk melakukan penyelidikan," kata peneliti Open University itu.

"Ini tidak memberi kami banyak waktu karena kami sudah mengerjakan ide-ide tentang pangkalan Bulan dan ke mana kita akan pergi, tapi itu lebih menjanjikan," lanjutnya.

Baca juga: Viral Langit Merah di Muaro Jambi, Ada Apa?

Para ahli mengatakan bahwa air berbentuk es bisa menjadi dasar ekonomi Bulan di masa depan, setelah ditemukan cara mengekstraknya.

Akan jauh lebih murah untuk membuat bahan bakar roket di Bulan daripada mengirimkannya dari Bumi.

Jadi, ketika penjelajah bulan di masa depan ingin kembali ke Bumi, atau melakukan perjalanan ke tujuan lain, mereka dapat mengubah air menjadi hidrogen dan oksigen yang biasa digunakan untuk menggerakkan kendaraan luar angkasa.

Oleh karena itu, pengisian bahan bakar di Bulan dapat menurunkan biaya perjalanan ruang angkasa dan membuat pangkalan bulan lebih terjangkau.

Baca juga: Ramai soal Latihan Terbang Malam di Langit Yogyakarta-Klaten, Ini Penjelasan TNI AU

NASA Astronot Apollo yang mungkin bertanggung jawab untuk kenaikan suhu bulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com