Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Virus Corona Bisa Bertahan pada Daging dan Ikan Beku hingga Tiga Minggu

Kompas.com - 24/08/2020, 19:27 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menyebutkan bahwa virus corona bisa bertahan hidup pada daging dan ikan beku hingga waktu tiga minggu.

Dikutip dari Telegraph, (22/8/2020), penelitian itu dilakukan pada potongan ikan salmon, ayam, dan babi kemudian ditambahkan sampel virus corona SARS-CoV-2.

Para peneliti menginokulasi 500 kubus kecil salmon, ayam dan babi dari supermarket di Singapura dengan memberinya dosis partikel virus SARS-CoV-2.

Daging kemudian disimpan pada 3 temperatur yang berbeda, yaitu 4 derajat celcius, (pendinginan) minus 20 derajat celcius, dan minus 80 derajat celcius.

Setelah daging dicairkan, para ilmuwan menemukan bahwa virus masih ada pada sampel setelah 21 hari.

Baca juga: Otoritas China Klaim Temukan Virus Corona pada Sayap Ayam Impor dari Brazil

Dugaan munculnya kasus

Mereka sekarang memperingatkan bahwa temuan itu mungkin menjelaskan wabah di negara-negara yang tidak melaporkan kasus virus corona dalam waktu lama.

"Penjelasan diperlukan untuk munculnya kembali wabah Covid-19 di wilayah dengan pemberantasan lokal yang jelas," kata studi yang diterbitkan BioRxiv itu.

"Wabah baru-baru ini telah muncul di Vietnam, Selandia Baru dan sebagian China di mana tidak ada kasus infeksi selama beberapa bulan," sambungnya.

Para peneliti berhipotesis, pekerja di pabrik pengolahan daging berpotensi menjadi vektor penyebaran virus.

Artinya, ada potensi penyebaran virus melalui pergerakan barang yang terkontaminasi ke wilayah tanpa Covid-19 dan memunculkan wabah baru.

Untuk megurangi risiko itu, penanganan harus dimulai dari sumbernya, yaitu tempat pemrosesan makanan.

Baca juga: India Lakukan Tes Covid-19 Satu Juta per Hari, Bagaimana Metodenya?

Sering mencuci tangan dan membersihkan peralatan di tempat pemrosesan makanan secara menyeluruh direkomendasikan oleh para peneliti untuk mengurangi kemungkinan penyebaran Covid-19 dengan cara ini.

"Para penulis mendiskusikan dengan sangat bijaksana, betapa pentingnya pekerja pabrik harus diberi insentif untuk tidak pergi bekerja ketika bergejala atau bersentuhan dengan kasus Covid-19," kata Kepala Departemen Kedokteran Hewan di University of Cambridge Prof James Wood.

Pernyataan WHO dan CDC

Meskipun ada temuan tersebut, studi ini tidak menetapkan bahwa virus corona pada daging beku menjadi salah satu mode penularan Covid-19.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sebelumnya telah menyatakan bahwa tak ada bukti yang menunjukkan bahwa penanganan makanan atau mengkonsumsi makanan dikaitkan dengan Covid-19, dikutip dari Forbes, 23 Agustus 2020.

Selain itu, WHO juga telah mengeluarkan pernyataan tentang keamanan dan penanganan pangan yang menjelaskan bahwa sangat tidak mungkin orang dapat tertular Covid-19 dari makanan atau kemasan makanan.

Bahkan jika mengonsumsi makanan yang mengandung virus menular, keasaman lambung kemungkinan besar akan membunuh virus secara instan.

Baca juga: Survei CDC: Pasien Covid-19 Ada yang Merasakan Gejala hingga Berminggu-minggu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com